Jumat, 26 Juni 2009

Kisah di penderita Sindrom Tourette

Semalam nonton sebuah film di HBO. Sayangnya saya tidak tahu judulnya. Terlambat menyalakan televisi. Sampai filmnya habis, judulnya tidak pernah muncul. Film yang sederhana tapi menyentuh. Tentang seorang pemuda penderita Sindrom Tourette, Brad Cohen yang ingin sekali menjadi guru. Itu cita-citanya sejak kecil. Berkali-kali melamar di sekolah, berkali-kali pula ditolak. Dia cerdas, seandainya tidak memiliki “disability” ini pasti tidak perlu melamar sampai 25 sekolah untuk bisa diterima menjadi pengajar. Yang menjadi kendala adalah pihak sekolah khawatir jika guru dengan kelainan ini bisa mempengaruhi mental anak-anak didiknya. Pelajaran tidak dapat diserap dengan baik karena mereka harus terganggu dengan suara-suara dan gerakan si guru yang keluar secara reflek.

Dalam film ini digambarkan kerasnya perjuangan Brad untuk bisa menjadi guru. Dia sama sekali tidak menganggap sindromnya itu sebagai kekurangan yang bisa menghalangi langkahnya untuk meraih cita-citanya. Telingaku menangkap satu ucapan Brad, ”Never let anything to stop you chasing your dreams”. Di kehidupan nyata banyak yang terjadi, justru orang yang normal yang semangatnya tidak sekeras mereka yang punya kekurangan. Mungkin karena menganggap remeh. Atau mungkin pula karena merasa hidupnya sudah cukup seperti itu. Tidak perlu berusaha keras, toh masih banyak hal yang bisa didapatkan dengan mudah. Cita-cita kan banyak. Tidak bisa dapat yang satu, ya cari yang lain saja.
Akhirnya ada juga sekolah yang mau menerima Brad Cohen untuk mengajar. Ternyata, anak-anak menyukai pemuda ini. Dia mengajar sambil bermain, mencoba menyatu dengan muridnya. Dan tentu saja, cara ini efektif. Mereka tidak melihat kelainan Brad sebagai sesuatu yang besar. Sesuatu yang mengganggu. Sebuah ucapan ibu Brad atau Brad ya (lupa), “Terkadang kita perlu melihat dunia seperti anak-anak melihat dunia”. Saya setuju dengan itu.
Di akhir cerita, Brad berhasil meraih penghargaan sebagai guru terbaik di kotanya. Dia juga akhirnya bisa menikahi gadis cantik dan normal, yang ditemuinya lewat situs pencari jodoh di internet. Gadis baik yang mau menerima kekurangannya sebagai penderita Sindrom Tourette.
Film ini merupakan kisah nyata. Brad Cohen benar-benar ada, tinggal di kota yang sama yang menjadi latar cerita film ini. Wajahnya pun mirip dengan aktor yang memerankan dirinya. Hanya saja, si aktor lebih ganteng …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar