Kamis, 07 Oktober 2010

Om Inyo Telah Pergi


Beberapa waktu lalu saya pernah menulis artikel tentang Tante Reni dan suaminya Om Inyo yang sedang sakit. Hari Senin lalu tepatnya tanggal 4 Oktober 2010 akhirnya Om Inyo dipanggil Allah SWT. Sebelumnya sekitar seminggu beliau memang sakit, hanya terbaring di tempat tidur. Dalam kurun waktu sejak artikel Tante Reni yang pertama hingga empat hari lalu itu Om Inyo tidak sepenuhnya sakit. Ada saat beliau dalam keadaan sehat sehingga bisa berjalan-jalan dan bercerita dengan orang-orang.

Pernah suatu kali saat saya ke warung untuk membeli makanan sepulang dari kantor, Om Inyo yang sedang duduk-duduk di warung menegur saya. Beliau bertanya apa saya sudah menikah. Si bapak pemilik warung yang menjawab, ”Belum” sambil bercerita panjang lebar tentang siapa orang yang sedang dekat dengan saya (seolah dia lebih tahu dari saya sendiri, hehehe). Om Inyo lalu kemudian bercerita bahwa beliau punya ( atau pernah) punya pacar seorang gadis Jerman. Katanya gadis itu masih muda dan cantik. Ya ya ya tentu saja kami yang mendengar tak percaya. Laki-laki usia lanjut ini memang dikenal kurang waras, sama seperti istrinya. Tapi bualan beliau cukup menghibur sambil menemaniku menunggu makanan yang akan kubeli siap untuk dibawa pulang. Ketidakwarasan beliau dan istrinya sampai saat ini tidak pernah membuatku kesal. Saya justru iba dengan pasangan lansia ini. Padahal sang istri Tante Reni kerap terlibat pertengkaran bahkan perkelahian dengan sesama ibu-ibu di kampung ini. Di artikel Tante Reni sudah saya sebutkan tentang itu. Namun sampai sekarang saya masih tidak habis pikir mengapa orang-orang masih saja tersulut emosinya mendengar omongan Tante Reni yang jelas-jelas tidak waras. Tapi sudahlah mungkin karena Tante Reni belum pernah bersikap buruk padaku, semoga akan tetap seperti itu.

Om Inyo pergi dalam keadaan yang memprihatinkan. Tak ada yang tahu persis jam berapa beliau menghembuskan napas terakhirnya. Tak satu pun orang yang mendampinginya. Tante Reni sang belahan jiwa sekalipun. Yang pasti sekitar jam 4 sore saat Tante Reni kembali ke ”pondok” tempat tinggal mereka, sang suami sudah dalam keadaan kaku, mulut dan mata terbuka. Bahkan di wajahnya terlihat beberapa ekor semut. Jika saja si istri dalam keadaan sepenuhnya waras, ia mungkin akan menunggui suaminya seharian. Entah Tante Reni kelayapan kemana seharian itu. Ada yang bilang ke kebun memetik kangkung, ada yang bilang malah pergi menjaga orang lain yang sakit. Tante Reni... Tante Reni...

Mungkin ada yang bertanya tidak waras kok masih bisa menjaga orang sakit dan beraktifitas layaknya orang normal. Yah ketidakwarasan beliau bukan seperti orang gila yang hanya bisa duduk menatap kosong dengan penampilan acak-acakan seperti yang biasa kita lihat di jalan. Baik Tante Reni maupun Om Inyo memang masih seperti orang normal, hanya saja sedikit kacau hehehe. Maaf definisi saya juga tampaknya kacau. Entahlah saya tidak menguasai ilmu kejiwaan. Tapi itulah yang tampak di mata saya.

Malam saat jenazah Om Inyo masih disemayamkan di rumah Abah Nangki (ayah dari bapak kos saya, beliau termasuk orang yang dituakan di kampung), akhirnya saya melihat dua orang sanak keluarga dari Tante Reni. Beliau memperkenalkan seorang bapak sebagai saudara Om Inyo, dan seorang lagi cucu dari Tante Reni dan Om Inyo. Saya tak tahu pasti apa itu cucu kandung atau bukan. Menurut ibu kosku sih bukan. Selama ini tak pernah terlihat ada keluarga dan kerabat yang datang mengunjungi mereka. Walaupun nanti setelah Om Inyo meninggal baru ada yang datang, itu tetap patut disyukuri daripada tidak sama sekali.

Selamat jalan Om Inyo, walaupun Tante Reni kadang berkata sangat kasar beliau tetap akan merindukan Om Inyo. Karena cuma Om Inyo yang selalu di sampingnya...

10 komentar:

Ayoe Ritma mengatakan...

kunjungan pertama...turut berduka cita ya mbak...salam kenal...

wiwing mengatakan...

hmmm...alhamdulillah masih ada yang memperhatikan keluarga ini :) turut berduka cita untuk om inyo.
oh ya makasih kunjungannya hanna semoga kita bisa berteman meski hanya di dunia blog,linknya aku pasang diblogku ya

affanibnu mengatakan...

tidak mengapa ia telah berpulang.. tapi jasa dan pelajaran dari dirinya akan terus abadi :)

Sungai Awan mengatakan...

semoga Arwahnya diterima oleh Alloh SWT
Amiin...

Unknown mengatakan...

Turut berduka atas kepergian om Inyo... semoga beliau diterima di sisi-Nya.. amin

Zanck mengatakan...

innalillahi,,, yang sabar y,, moga beliau diterima di sisi Allah swt. amin

Jana Virananda mengatakan...

Turut berduka cita, artikel yang menyentuh .. :(

Sineasz mengatakan...

Innalillah. Turut berduka kawan

Unknown mengatakan...

Turut berduka yah...
Terlepas dari itu, tulisan mb Hanna sangat bagus banget, gaya bahasanya juga enak dibaca.. Keep blogging yah mb.. sukses selalu :)

Unknown mengatakan...

cerita yang menarik,
turut berduka..
dan teruslah berkarya..

Posting Komentar