Senin, 08 Februari 2010

Tante Reni

9 komentar
Saya tidak tahu pasti umurnya berapa. Entah siapa yang pernah melihat tanggal lahir di kartu tanda pengenalnya. Jika ditebak dari perawakan mungkin umurnya lima puluhan. Giginya sudah banyak yang tanggal sehingga pipinya terlihat kempot. Saat berbicara mulutnya terlihat kosong alias ompong. Rambutnya pendek mirip-mirip potongan ala Demi Moore. Sebelah matanya cacat. Kata orang itu karena ia pernah dilempar ember oleh seseorang yang kesal padanya hingga melukai matanya. Pakaiannya serampangan. Terkadang ia memakai celana sebatas lutut hingga urat-urat varises di kakinya yang menonjol terlihat jelas.

Tante Reni namanya. Ia hanya tinggal berdua dengan sang suami yang akrab dipanggil Om Inyo. Namanya sebenarnya Om Sinyo. Nama bagus-bagus disingkat jadi Inyo, hehehe. Kondisi Om Inyo tak beda jauh dengan Tante Reni. Gigi ompong, penampilan serampangan tak terurus. Umurnya mungkin sudah enam puluh tahun lebih. Tak banyak yang tahu pasti apa mereka pernah memiliki anak. Menurut orang-orang di kampung tempatku tinggal ini, mereka berdua agak kurang waras. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa diajak berkomunikasi. Mereka cukup bersosialisasi. Om Inyo sering dibayar dari mengedarkan kotak-kotak sumbangan di kampung. Sedang Tante Reni sering diberi uang ala kadarnya karena ia sering membantu-bantu penduduk kampung seperti memetik tangkai cabe sebelum diolah atau mencuci piring.

Tante Reni sering terlibat perkelahian dengan ibu-ibu di kampung ini. Meskipun sedikit kurang genap (istilah ibu kosku), Tante Reni “lihai” berkata-kata yang bisa membuat orang sakit hati. Tabiatnya inilah yang membuat sebagian orang kurang simpatik padanya. Mata dilempar ember itupun salah satu akibat dari kekesalan orang. Sejak saya tinggal di kampung ini, sudah beberapa kali saya mendengar Tante Reni berteriak-teriak sebagai indikasi bahwa ia sedang bertengkar dengan ibu-ibu lain. Tante Reni sering emosi menjawab dengan kata-kata yang tidak enak saat hanya sekedar disapa. Sering menuduh orang hal yang tidak-tidak. Bahkan kadang memfitnah. Mereka berdua sampai “terbuang” dari keluarga konon karena perilaku Tante Reni yang jahat.

Saya sering berpikir, jika sudah tahu Tante Reni kurang waras mengapa diladeni bertengkar ? Sudah banyak orang yang tersulut emosinya karena kata-kata tajam si tante ini. Mengapa tidak dicuekin saja ? Saya mungkin mudah saja berkata seperti ini karena belum pernah tersakiti oleh ucapan Tante Reni. Sejauh ini sikapnya padaku baik-baik saja. Tiap saya lewat di depan warung tempat ia biasa membantu-bantu atau hanya sekedar duduk-duduk, Tante Reni selalu menegur dan menyapaku dengan sebutan Mbak. Orang-orang di kampung ini sebagian memanggilku dengan sebutan itu, meskipun saya bukan orang Jawa. Mungkin karena saya tinggal dengan ibu kos yang orang Jawa dan akrab dipanggil Mbak.

Sudah seminggu ini Om Inyo terbaring di rumah sakit. Hidungnya berdarah. Entah diagnosanya apa. Katanya Om Inyo meminum obat penghilang pegel linu dalam dosis yang berlebih. Ia sampai harus didonor darah sebanyak lima kantong. Kami datang menjenguk setelah beberapa hari Om Inyo dirawat. Waktu itu belum satu pun keluarga mereka yang pernah datang. Bapak dan ibu kosku, serta keluarga bapak kosku sesekali datang menjenguk dan mendampingi Tante Reni mengurus keperluannya seperti membeli obat dan saat mencari donor darah.

Miris juga melihat pasangan ini. Hanya ada Tante Reni yang mendampingi. Dua lembar resep obat belum juga ditebus. Ketika ditanya mengapa belum ditebus, katanya apotek tutup. Seorang ibu di sebelah mengatakan apotek tidak tutup. Obat sirup yang harusnya diminumkan dua sendok tiap kali minum, hanya diminumkan satu sendok. Tante Reni tidak paham aturan minum obat ini. Mungkin karena tidak bisa membaca. Saat Tante Reni menyuapkan obat sirup itu, beberapa tetes jatuh ke kasur tanpa seprei yang ditiduri Om Inyo. Tante Reni lalu membersihkannya dengan sarung lusuh entah bersih atau tidak. Sedih melihatnya.

Kabar terbaru kondisi Om Inyo sudah mendingan. Ia mendapat donor darah dari penduduk kampung. Semoga cepat sembuh Om Inyo. Dan Tante Reni... Bagaimana ya biar ia tidak suka bikin orang emosi lagi ? :)