tag:blogger.com,1999:blog-47894988128228278882024-03-18T21:51:14.572-07:00Terlintas di benakHana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-55905007331912867552013-08-28T20:17:00.001-07:002013-08-28T20:17:24.559-07:00Kabar Apa ?Sudah lama sekali tidak posting. Tentu saja banyak hal yang sudah terjadi. 2 hal yang paling penting telah terjadi dalam sejarah hidupku hehe kata-katanya…<br />
Menikah di tanggal 20 November 2011 (20-11-2011)<br />
Melahirkan anak pertama tanggal 22 September 2012<br />
Anakku laki-laki, lahir dengan berat 2,750 kg dan panjang 47 cm melalui proses persalinan normal. Lahir jam 01.35 dini hari kalau tidak salah <br />
Cerita tentang momen melahirkan memang seru apalagi pengalaman pertama. Syukurlah Allah memberi banyak kemudahan. Padahal sempat pesimis, karena postur tubuhku yang mungil kupikir panggulku sempit sehingga mesti operasi. Ternyata tidak. Don’t judge Book by The Cover kira-kira begitu ya. Prosesnya pun terbilang cepat. Tak ada suntikan induksi yang katanya sakitnya saat kontraksi bisa dua kali lipat.<br />
Di kamar bersalin saya didampingi mama, bukan suami hehe. Sebenarnya suami ada cuma pergi ke toilet. Begitu kembali, pintu sudah ditutup dan sudah tidak bisa masuk. Tapi tak masalah, mamaku yang seorang pensiunan bidan lebih tenang dibanding suami. Suami malah sesekali bikin panik
Ketuban pecah saat bukaan 8. Tidak lama setelah itu dokternya datang, pake sarung tangan, set set set… mungkin menggunting atau apa, dan… keluarlah IMAM AHMAD SYAHIM BANTENG.<br />
<br />
Rupa Imam waktu baru lahir<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH1q_YJC15vi5A3XKhOeGjjWqCmntDZb1-8IWWQUXkjjAuxPHnP3PIedcpJfR5baFuYQagEMBjfaGFyIuEPiOtHhUZR9ty2ywjR7mghiywlBFd4akPetCUWvC2yCYouU9ulItKay8PupY/s1600/Imam+Newborn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH1q_YJC15vi5A3XKhOeGjjWqCmntDZb1-8IWWQUXkjjAuxPHnP3PIedcpJfR5baFuYQagEMBjfaGFyIuEPiOtHhUZR9ty2ywjR7mghiywlBFd4akPetCUWvC2yCYouU9ulItKay8PupY/s320/Imam+Newborn.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
Setelah 4 bulan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilme1y2chlri716xSBkzQCRj2-D0bAKOsWhNFdagGxeem25yqK8fcwHNVSaWbub2q6ylLVWSMEkPWMbUeMrrXnXdjGDOBPN0iYbeFV1s7_EfzKWhbIymrqmN8dFfFCz8PYhkZDR3n4MmA/s1600/04022013330.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilme1y2chlri716xSBkzQCRj2-D0bAKOsWhNFdagGxeem25yqK8fcwHNVSaWbub2q6ylLVWSMEkPWMbUeMrrXnXdjGDOBPN0iYbeFV1s7_EfzKWhbIymrqmN8dFfFCz8PYhkZDR3n4MmA/s320/04022013330.jpg" width="240" /></a></div>
8 bulan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtV1s7YZH1J64ApxEgYlrGaJ3U07LTZGt44umamqCuT-qOwjvTdDsBatEnyAqH-PmacgSuqC6hjDFXtNRIYVDXrB8CbMANtBE8ZpXzZVSIvvVaWYS1UcN4_-9eaey_qjABE3_m7gQLnrQ/s1600/01062013600.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtV1s7YZH1J64ApxEgYlrGaJ3U07LTZGt44umamqCuT-qOwjvTdDsBatEnyAqH-PmacgSuqC6hjDFXtNRIYVDXrB8CbMANtBE8ZpXzZVSIvvVaWYS1UcN4_-9eaey_qjABE3_m7gQLnrQ/s320/01062013600.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
BANTENG itu marga suami saya ya, jangan sampai ada yang salah mengerti .
Cerita lainnya di postingan berikut deh. Efek lama berhibernasi, mesin belum panas jadi masih malas menulis
Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-63408194089898403102011-02-14T23:01:00.000-08:002011-02-14T23:11:58.931-08:00Sepotong HikmahAllah SWT, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi memang Maha Segalanya. Dia brilian. Dia tahu apa yang diperlukan hambaNya, walau itu mungkin tidak diinginkan.<br /><br />Ini terlintas di benakku saat membaca sebuah novel dengan tokoh utama seorang gadis kecil berambut merah, Anne yang tidak menarik secara fisik bahkan terkesan aneh karena pikirannya penuh dengan imajinasi yang sangat luas. Namun di balik keanehannya itu ia telah menyelamatkan nyawa seorang anak kecil. Ibu dari anak kecil itu sebelumnya sempat melarang anaknya yang lain bermain dengan si gadis berambut merah itu karena sebuah insiden akibat dari kecerobohannya. Anne of Green Gables judulnya.<br /> <br />Baiklah tidak akan saya ceritakan seluruh isi novel itu. Yang terpikir olehku adalah… betapa hal yang sangat buruk pun bagi seseorang bisa membawa kebaikan bagi orang itu. Anne yang sangat aneh dan selalu mengoceh tentang khayalannya, yang bagi banyak orang dewasa sangat tidak lazim ternyata bisa melakukan tindak penyelamatan terhadap batuk sesak yang hampir merenggut nyawa anak si ibu yang sempat membencinya.<br /><br />Dari isi novel itu, pikiranku kemudian beralih ke pengalaman hidup ibu kosku yang sudah 5 tahun menikah belum memiliki anak. Beliau adalah seorang wanita muda (setahun di bawah umurku) yang penyayang terhadap anak-anak. Padahal kalau dipikir, dari sifat penyayangnya itu beliau sudah sangat pantas menjadi seorang ibu. Tapi kenapa ya Allah belum juga memberinya anak ? Allah mempunyai rencanaNya sendiri. Kita tidak bisa mengetahui persis. Namun pikiran sederhanaku berkata, mungkin salah satu hikmah yang Allah ingin perlihatkan adalah biarlah sang ibu kos menyebarkan begitu banyak kasih sayang kepada anak-anak di sekitarnya terutama yang tidak mampu. Saat ini bapak dan ibu kosku baru saja merawat seorang bayi perempuan berusia 6 hari. Sejak 1 bulan sebelum lahir ibu anak itu tinggal bersama kami hingga sekarang. Rencananya anak itu akan mereka diadopsi.<br /><br />Sementara banyak wanita yang kalau dilihat dari perilakunya, masih perlu banyak belajar untuk menjadi ibu yang penyayang dan telaten mengurus anak malah telah diberi kepercayaan oleh Sang Pencipta. Lagi-lagi pikirku, Dia punya rencana. Saya teringat artis Tamara Geraldine. Sewaktu masih kuliah saya pernah melihat berita tentang dia di sebuah infotainment (hehehe waktu belum insyaf, nonton infotainment). Ketika diwawancara dia mengatakan ketika masih lajang, dia termasuk perempuan yang jauh dari sifat penyayang terhadap anak kecil malah terkesan galak. Cukup dengan satu tatapan mata melotot saja anak kecil dijamin langsung takut :). Namun sifat itu berubah ketika dia menikah dan punya anak. Sifat galak berubah menjadi wanita yang penyayang dan hangat terhadap anak-anak. <br /><br />Saat ini, tulisan ini lah yang terlintas di benakku. Saya senang mencari-cari hikmah apa yang ada dari kejadian yang saya atau orang-orang di sekitarku alami. Mungkin terkesan mengkait-kaitkan, paling tidak hikmah inilah yang membuatku tidak menyesali setiap hal kurang menyenangkan yang terjadi padaku.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-75554730029035474922010-10-07T17:51:00.000-07:002010-10-07T18:18:38.535-07:00Om Inyo Telah Pergi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5tEm4XIsUJdmfDhuKZOXeauiYcMB3bEq5FiGLqIIAwR-4UQC3GVxU0Um4sBMLfAuQFlVDfZScYjng9kCfOCtGydKOTOjce_DprxajiJ6N_fBA-Yrf_6e_cSN-UD_fDLyfqKj2aDG8mrg/s1600/100_4870.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5tEm4XIsUJdmfDhuKZOXeauiYcMB3bEq5FiGLqIIAwR-4UQC3GVxU0Um4sBMLfAuQFlVDfZScYjng9kCfOCtGydKOTOjce_DprxajiJ6N_fBA-Yrf_6e_cSN-UD_fDLyfqKj2aDG8mrg/s320/100_4870.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5525477297738299090" /></a><br />Beberapa waktu lalu saya pernah menulis artikel tentang <a href="http://terlintasdibenak.blogspot.com/2010/02/tante-reni.html">Tante Reni</a> dan suaminya Om Inyo yang sedang sakit. Hari Senin lalu tepatnya tanggal 4 Oktober 2010 akhirnya Om Inyo dipanggil Allah SWT. Sebelumnya sekitar seminggu beliau memang sakit, hanya terbaring di tempat tidur. Dalam kurun waktu sejak artikel Tante Reni yang pertama hingga empat hari lalu itu Om Inyo tidak sepenuhnya sakit. Ada saat beliau dalam keadaan sehat sehingga bisa berjalan-jalan dan bercerita dengan orang-orang. <br /><br />Pernah suatu kali saat saya ke warung untuk membeli makanan sepulang dari kantor, Om Inyo yang sedang duduk-duduk di warung menegur saya. Beliau bertanya apa saya sudah menikah. Si bapak pemilik warung yang menjawab, ”Belum” sambil bercerita panjang lebar tentang siapa orang yang sedang dekat dengan saya (seolah dia lebih tahu dari saya sendiri, hehehe). Om Inyo lalu kemudian bercerita bahwa beliau punya ( atau pernah) punya pacar seorang gadis Jerman. Katanya gadis itu masih muda dan cantik. Ya ya ya tentu saja kami yang mendengar tak percaya. Laki-laki usia lanjut ini memang dikenal kurang waras, sama seperti istrinya. Tapi bualan beliau cukup menghibur sambil menemaniku menunggu makanan yang akan kubeli siap untuk dibawa pulang. Ketidakwarasan beliau dan istrinya sampai saat ini tidak pernah membuatku kesal. Saya justru iba dengan pasangan lansia ini. Padahal sang istri Tante Reni kerap terlibat pertengkaran bahkan perkelahian dengan sesama ibu-ibu di kampung ini. Di artikel Tante Reni sudah saya sebutkan tentang itu. Namun sampai sekarang saya masih tidak habis pikir mengapa orang-orang masih saja tersulut emosinya mendengar omongan Tante Reni yang jelas-jelas tidak waras. Tapi sudahlah mungkin karena Tante Reni belum pernah bersikap buruk padaku, semoga akan tetap seperti itu.<br /><br />Om Inyo pergi dalam keadaan yang memprihatinkan. Tak ada yang tahu persis jam berapa beliau menghembuskan napas terakhirnya. Tak satu pun orang yang mendampinginya. Tante Reni sang belahan jiwa sekalipun. Yang pasti sekitar jam 4 sore saat Tante Reni kembali ke ”pondok” tempat tinggal mereka, sang suami sudah dalam keadaan kaku, mulut dan mata terbuka. Bahkan di wajahnya terlihat beberapa ekor semut. Jika saja si istri dalam keadaan sepenuhnya waras, ia mungkin akan menunggui suaminya seharian. Entah Tante Reni kelayapan kemana seharian itu. Ada yang bilang ke kebun memetik kangkung, ada yang bilang malah pergi menjaga orang lain yang sakit. Tante Reni... Tante Reni... <br /><br />Mungkin ada yang bertanya tidak waras kok masih bisa menjaga orang sakit dan beraktifitas layaknya orang normal. Yah ketidakwarasan beliau bukan seperti orang gila yang hanya bisa duduk menatap kosong dengan penampilan acak-acakan seperti yang biasa kita lihat di jalan. Baik Tante Reni maupun Om Inyo memang masih seperti orang normal, hanya saja sedikit kacau hehehe. Maaf definisi saya juga tampaknya kacau. Entahlah saya tidak menguasai ilmu kejiwaan. Tapi itulah yang tampak di mata saya.<br /><br />Malam saat jenazah Om Inyo masih disemayamkan di rumah Abah Nangki (ayah dari bapak kos saya, beliau termasuk orang yang dituakan di kampung), akhirnya saya melihat dua orang sanak keluarga dari Tante Reni. Beliau memperkenalkan seorang bapak sebagai saudara Om Inyo, dan seorang lagi cucu dari Tante Reni dan Om Inyo. Saya tak tahu pasti apa itu cucu kandung atau bukan. Menurut ibu kosku sih bukan. Selama ini tak pernah terlihat ada keluarga dan kerabat yang datang mengunjungi mereka. Walaupun nanti setelah Om Inyo meninggal baru ada yang datang, itu tetap patut disyukuri daripada tidak sama sekali.<br /><br />Selamat jalan Om Inyo, walaupun Tante Reni kadang berkata sangat kasar beliau tetap akan merindukan Om Inyo. Karena cuma Om Inyo yang selalu di sampingnya...Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-27342150828218268402010-07-02T18:11:00.000-07:002010-07-02T18:31:00.121-07:00BanAda satu istilah yang dipakai orang Manado sehari-hari yang sampai dua tahun ini kadang-kadang masih membuat otakku loading sepersekian detik untuk memahaminya. Bola. Kata itu yang otakku kenal sejak pertama adalah benda bulat yang biasa dipakai dalam beberapa cabang olahraga. Yang paling populer adalah sepakbola. Yah saya tidak punya Kamus Besar Bahasa Indonesia jadi definisi yang benar secara tata bahasa di Indonesia tidak dapat kucantumkan.<br /><br />Orang Manado menyebut ban kendaraan dengan nama “bola”. Sampai sekarang masih terasa aneh di telingaku. Ingin rasanya ku protes,”Jangan pakai istilah bola donk.. Bingung nih. Otakku harus loading dulu untuk akhirnya mengerti bahwa yang kalian maksud itu adalah ban, bukan bola yang biasa ditendang itu”. Hehehehe tapi siapa saya ? Cuma penduduk pendatang masak mau larang-larang orang pakai bahasanya sih.<br /><br />Bapak dan ibu kos yang belum mempunyai anak itu baru saja membeli sebuah sedan Toyota <span style="font-style:italic;">second hand</span>. Karena harganya yang sangat murah maka wajar kalau banyak bagian yang mesti diganti, salah satunya ban yang sudah gundul. Kemarin kami sempat ngobrol tentang rencana mereka keluar jalan-jalan malam minggu dengan mobil “baru” itu. Mereka mengajakku. Bapak kos kemudian nyeletuk,”Tapi mesti beli bola dulu nih.” <br /><br />Lagi-lagi otakku loading…<br /><br />Kenapa harus beli bola dulu ? Sambil membayangkan benda bulat di lapangan hijau. Apalagi ini masih dalam suasana Piala Dunia. Gambaran bola lalu buyar, berganti dengan tabloid Bola yang tentu saja masih berhubungan dengan olah raga sepakbola. Oh bola yang itu mungkin. Otakku kemudian berpikir lagi… Aha! Bukan bola itu!! Ban baru maksudnya!!! Hehehe dialog ini terjadi dalam sepersekian detik saja. Jadi saya tidak sampai terlihat bloon karena kebingungan di depan mereka.<br /><br />Saya teringat ketika SD dulu. Pada suatu waktu, ibu guru bertanya,”Anak-anak… siapa yang bisa menyebutkan apa fungsi bank?”. <br /><br />Beberapa teman angkat tangan. <br /><br />Seorang menjawab,”Sebagai tempat menabung, bu!!”.<br /><br />“Salah!”, ibu guru menjawab.<br /><br />“Tempat menyimpan uang, bu!!”.<br /><br />“Masih salah!”, kata sang ibu lagi.<br /><br />Beberapa anak masih berusaha menjawab dengan jawaban yang bernada sama. Dan semua… Salah. Kami semua bingung, terus apa donk jawaban yang betul ? Pikir kami. Ibu guru pun akhirnya mengatakan jawaban benar seperti mengerti kebingungan murid-muridnya. “Fungsi bank adalah agar kendaraan dapat berjalan…”. Kira-kira begitulah isi jawaban ibu guru. Kami spontan saling berbisik,”Ssst oooh maksudnya BAN?”.<br /><br />Tak satu pun dari kami yang protes. Mungkin karena dua hal. Pertama, kami tinggal di Sulawesi Selatan. Salah satu ciri khas dari dialek masyarakatnya (Bugis, Makassar, Mandar) adalah tambahan “G” di akhiran kata-kata yang normalnya berakhiran “N” atau “M” seperti kata BAN di atas. Jadi kami maklum saja dengan kesalahan itu, hehehe. Alasan kedua adalah waktu itu tahun 90-an. Murid-murid pada masa itu belum sekritis jaman sekarang. Untuk hal (kalau bisa dibilang) sepele seperti itu, tak perlu diprotes. Paling tidak ini menurut kami yang masih duduk di kelas 6 SD pada masa itu.<br /><br />Wajar saja ya kalau saya pernah mendengar cerita ada orang asing yang mencoba belajar Bahasa Indonesia, mengaku kebingungan. Katanya Bahasa Indonesia untuk satu makna saja kata yang digunakan banyak. Bingun'.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-55920938737929602012010-05-21T18:18:00.000-07:002010-05-21T18:32:51.722-07:00Salam DarikuAssalamu'alaikum...<br />Apa kabar kawan-kawan yang sudah sudi berkunjung ke blogku yang sederhana ini. Yah walaupun blog ini tidak seperti blog-blog lain yang canggih-canggih dan keren-keren (hehehe), yang punya pengunjung setia menunggu postingan baru dari penulisnya. Saya tetap ingin menyapa anda semua. Terima kasih ya.<br /><br />Maaf nih buku tamunya sudah berbulan-bulan belum diganti. Bukannya tidak perduli atau mengabaikan. Sebenarnya ingin sekali saya menggantinya dengan yang lain, tapi karena beberapa alasan hingga sekarang belum juga terlaksana. Alasan yang paling tepat adalah kesibukan pekerjaan yang cukup menyita waktu. Sebagai seorang amatiran di dunia blog, saya butuh banyak waktu untuk mengutak-atik blog kecilku ini. Bahkan jika hanya ingin menerbitkan postingan baru sekalipun. Sebenarnya saya sudah meminta bantuan seorang teman untuk mengganti buku tamu saya ini, tapi tampaknya ia pun punya kesibukan. Dan tentu saja saya harus mengerti itu.<br /><br />Sedih rasanya tidak bisa berkunjung balik ke blog teman-teman yang sudah singgah kesini. Jadinya saya cuma bisa mengunjungi blog teman-teman yang sudah berkomentar di postingan saja. Jadi untuk sementara jika teman-teman singgah lagi, kalau boleh saya meminta komentar saja ya di postingan. Supaya blognya bisa kukunjungi.<br /><br />Terima kasih atas pengertiannya<br /><br />Salam<br /><br />HanaHana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-77905603881308616962010-02-08T16:27:00.000-08:002010-02-08T16:51:07.838-08:00Tante ReniSaya tidak tahu pasti umurnya berapa. Entah siapa yang pernah melihat tanggal lahir di kartu tanda pengenalnya. Jika ditebak dari perawakan mungkin umurnya lima puluhan. Giginya sudah banyak yang tanggal sehingga pipinya terlihat kempot. Saat berbicara mulutnya terlihat kosong alias ompong. Rambutnya pendek mirip-mirip potongan ala Demi Moore. Sebelah matanya cacat. Kata orang itu karena ia pernah dilempar ember oleh seseorang yang kesal padanya hingga melukai matanya. Pakaiannya serampangan. Terkadang ia memakai celana sebatas lutut hingga urat-urat varises di kakinya yang menonjol terlihat jelas.<br /><br />Tante Reni namanya. Ia hanya tinggal berdua dengan sang suami yang akrab dipanggil Om Inyo. Namanya sebenarnya Om Sinyo. Nama bagus-bagus disingkat jadi Inyo, hehehe. Kondisi Om Inyo tak beda jauh dengan Tante Reni. Gigi ompong, penampilan serampangan tak terurus. Umurnya mungkin sudah enam puluh tahun lebih. Tak banyak yang tahu pasti apa mereka pernah memiliki anak. Menurut orang-orang di kampung tempatku tinggal ini, mereka berdua agak kurang waras. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa diajak berkomunikasi. Mereka cukup bersosialisasi. Om Inyo sering dibayar dari mengedarkan kotak-kotak sumbangan di kampung. Sedang Tante Reni sering diberi uang ala kadarnya karena ia sering membantu-bantu penduduk kampung seperti memetik tangkai cabe sebelum diolah atau mencuci piring. <br /><br />Tante Reni sering terlibat perkelahian dengan ibu-ibu di kampung ini. Meskipun sedikit kurang genap (istilah ibu kosku), Tante Reni “lihai” berkata-kata yang bisa membuat orang sakit hati. Tabiatnya inilah yang membuat sebagian orang kurang simpatik padanya. Mata dilempar ember itupun salah satu akibat dari kekesalan orang. Sejak saya tinggal di kampung ini, sudah beberapa kali saya mendengar Tante Reni berteriak-teriak sebagai indikasi bahwa ia sedang bertengkar dengan ibu-ibu lain. Tante Reni sering emosi menjawab dengan kata-kata yang tidak enak saat hanya sekedar disapa. Sering menuduh orang hal yang tidak-tidak. Bahkan kadang memfitnah. Mereka berdua sampai “terbuang” dari keluarga konon karena perilaku Tante Reni yang jahat.<br /><br />Saya sering berpikir, jika sudah tahu Tante Reni kurang waras mengapa diladeni bertengkar ? Sudah banyak orang yang tersulut emosinya karena kata-kata tajam si tante ini. Mengapa tidak dicuekin saja ? Saya mungkin mudah saja berkata seperti ini karena belum pernah tersakiti oleh ucapan Tante Reni. Sejauh ini sikapnya padaku baik-baik saja. Tiap saya lewat di depan warung tempat ia biasa membantu-bantu atau hanya sekedar duduk-duduk, Tante Reni selalu menegur dan menyapaku dengan sebutan Mbak. Orang-orang di kampung ini sebagian memanggilku dengan sebutan itu, meskipun saya bukan orang Jawa. Mungkin karena saya tinggal dengan ibu kos yang orang Jawa dan akrab dipanggil Mbak. <br /><br />Sudah seminggu ini Om Inyo terbaring di rumah sakit. Hidungnya berdarah. Entah diagnosanya apa. Katanya Om Inyo meminum obat penghilang pegel linu dalam dosis yang berlebih. Ia sampai harus didonor darah sebanyak lima kantong. Kami datang menjenguk setelah beberapa hari Om Inyo dirawat. Waktu itu belum satu pun keluarga mereka yang pernah datang. Bapak dan ibu kosku, serta keluarga bapak kosku sesekali datang menjenguk dan mendampingi Tante Reni mengurus keperluannya seperti membeli obat dan saat mencari donor darah.<br /><br />Miris juga melihat pasangan ini. Hanya ada Tante Reni yang mendampingi. Dua lembar resep obat belum juga ditebus. Ketika ditanya mengapa belum ditebus, katanya apotek tutup. Seorang ibu di sebelah mengatakan apotek tidak tutup. Obat sirup yang harusnya diminumkan dua sendok tiap kali minum, hanya diminumkan satu sendok. Tante Reni tidak paham aturan minum obat ini. Mungkin karena tidak bisa membaca. Saat Tante Reni menyuapkan obat sirup itu, beberapa tetes jatuh ke kasur tanpa seprei yang ditiduri Om Inyo. Tante Reni lalu membersihkannya dengan sarung lusuh entah bersih atau tidak. Sedih melihatnya.<br /><br />Kabar terbaru kondisi Om Inyo sudah mendingan. Ia mendapat donor darah dari penduduk kampung. Semoga cepat sembuh Om Inyo. Dan Tante Reni... Bagaimana ya biar ia tidak suka bikin orang emosi lagi ? :)Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-76330613792483631782010-01-21T03:51:00.000-08:002010-01-21T03:58:11.281-08:00Pengalaman Ke Pulau Di UjungAkhirnya masuk kantor lagi setelah 3 minggu berada di “luar”. 2 minggu kupakai berobat sekaligus liburan di Makassar. Sepulang dari Makassar, hanya tidur 2 malam di kamar kos lantas harus berangkat lagi ke Kabupaten Kepulauan Talaud selama 4 hari. <br /><br />Sebagai pendatang di Sulawesi Utara, saya sangat antusias ketika kebagian kabupaten ini. Teman-teman yang mengkoordinir memang sudah tahu saya sangat menginginkan bisa kesana. Sebenarnya ada satu lagi kabupaten yang juga ingin kudatangi yaitu Sangir. Tapi Sangir sudah dibooking oleh teman yang punya keluarga di sana. Dibanding Sangir, Talaud lebih jauh. Pulau ini letaknya (katanya) 180an km lagi sudah sampai di Filipina. Inilah salah satu kenapa saya ingin bisa menginjakkan kaki disini. Saya cuma ingin “menjelajah”. Katanya perjalanan kesana jika dilakukan di bulan Desember – Januari cukup riskan. Mengingat cuaca yang kurang baik. Salah-salah bisa terdampar di Filipina. Seperti itu kira-kira ucapan mereka.<br /><br />Rombongan kami ada 11 orang, wanita cuma 2 yaitu saya dan ibu Tineke. Kapal motor yang kami tumpangi berangkat jam 5 sore. Tiba jam 1 siang keesokan harinya. Ini tergolong sangat lambat. Kapal kami sampai dilambung oleh kapal lain yang berangkat dua jam lebih lambat dari kami. Penyebabnya adalah satu dari dua mesin kapal mati. Hanya sebagian kecil penumpang yang tahu tentang ini. Itupun karena salah satu penumpang yang seorang kapolsek bertanya ke kapten kapal. Penumpang mulai gelisah bertanya saat kapal kami sudah dilambung itu. Ibu Tine bahkan bertanya ke kapten, “Kep, so mo sampe minggu ini torang ?” yang bisa diartikan ,”Kep, kita sampenya minggu ini kan ?”. Ini diceritakan beliau saat sudah di darat. Syukur juga saya tidak tahu masalah kerusakan mesin itu. Bisa-bisa sepanjang malam saya gelisah memikirkan keselamatan kami. Kadang-kadang tidak banyak tahu menguntungkan juga ya…<br /><br />Ketika kapal sudah sandar di pelabuhan, perasaanku lega. Akhirnya mendarat juga, pikirku. Namun ternyata… kami harus naik speed boat lagi ke pulau yang merupakan letak kecamatan Melonguane dan Beo. Melonguane merupakan pusat pemerintahan kabupaten Talaud yang juga adalah tempatku ditugaskan selama 4 hari ke depan. Dari Melonguane menempuh perjalanan darat selama 1 jam untuk sampai ke kecamatan Beo. Sedangkan kecamatan Lirung yang merupakan tempat tugas dua temanku, letaknya di pulau lain. Ini berarti harus naik speed boat lagi. Oh my God, pikirku. Ini saja saat sampai di penginapan di Melonguane badanku masih oleng.<br /><br />Keadaan kota kecamatan Melong (biasa disebut lebih singkat seperti ini) yang sudah menjadi pusat pemerintahan saja sudah begini sepinya. Saat kami keluar jam 7 malam, keadaan sudah sepi. Toko-toko dan warung makan banyak yang tutup. Benar kata temanku yang juga hanya mendengar dari orang kalau kota di Talaud ini seperti kota mati. Pak Lody salah satu temanku berkata,”Adoh mo mati kita tinggal disini. Pe sepi skali…”. Saya sih santai saja. Mungkin karena terlalu antusias. Yang penting ada air bersih, dan makanan halal. Asal jangan kelamaan juga sih. Rindu mall soalnya, hehehe.<br /><br />Entah ada berapa masjid di kota ini. Sepertinya cuma satu itupun jauh dari penginapanku. Makanya suara adzan tak pernah terdengar. Tiap maghrib hanya ada suara house music yang sangat keras layaknya di diskotik yang diputar di rumah di depan penginapanku. Arah kiblat pun saya tidak tahu. Tidak ada kompas dan penunjuk arah kiblat seperti yang ada di hotel-hotel di Sulsel tempatku dulu. Saat bertanya arah barat ke penjaga penginapan, ia menunjuk dengan ragu-ragu. Yah mudah-mudahan saja betul. <br /><br />Alat transportasi utama masyarakat disini adalah bentor alias becak motor. Tidak ada mikrolet seperti di Manado. Pengemudinya banyak pendatang seperti orang Jawa dan Makassar. Sebenarnya jarak satu tempat ke tempat lain cukup dekat, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Cuma berputar-putar saja.<br /><br />Mengenai kuliner, layaknya di daerah lain di Sulawesi Utara ikan tetap mendominasi. Namun ada juga menu lain yaitu ayam seperti di warung makan ayam kalasan milik orang jawa yang kudatangi. Biarpun makanan jawa, pengaruh Sangir sudah sangat terasa yaitu di sambalnya yang… wauw dahsyat pedasnya. Ibu Tine yang masih keturunan Sangir saja masih kewalahan. Beliau sampai berkomentar,” Ni rica bukan main. Cabu-cabu nyawa”. Saya hanya tertawa sambil mengiyakan. Walaupun sudah hampir dua tahun di Manado, kadang-kadang saya masih sering merasa lucu mendengar istilah-istilah masyarakatnya.<br /><br />Setelah tugas kami sebagai Senior Teacher (ST) dalam Pelatihan Master Teacher Intel-Getting Started untuk guru-guru daerah terpencil selesai, kami pulang dengan memilih pesawat. Sebuah pesawat kecil yang kapasitas penumpang sekitar 40 orang saja. Harga tiketnya lumayan mahal Rp 600.000,-. Tiket kapal kami sewaktu datang untuk kelas VIP Rp 330.000,- sedangkan kelas ekonomi hanya Rp 165.000,-. Tiket pesawat Manado-Makassar pun masih lebih murah yaitu 400 hingga 500-an pada harga normal. Kami memilih perjalanan udara karena ketika kami akan pulang cuaca semakin buruk. Berita di televisi menunjukkan badai dan ombak besar di wilayah timur Indonesia. Alhamdulillah penerbangan lancar, sekitar 45 menit sudah sampai.<br /><br />Kapan-kapan jika ada kesempatan saya ingin ke pulau Sangir. Walaupun Talaud yang lebih dekat ke Filipina tetapi Sangir lebih ramai dibanjiri barang-barang dari Filipina. Katanya di Sangir ada pulau yang merupakan pintu masuknya barang-barang selundupan dari Filipina. Saya penasaran saja ingin melihat keadaan pulau dan kotanya.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-88870052868541066922009-12-16T20:35:00.000-08:002010-01-19T02:21:26.882-08:00Miripkah ??“Si Anu mirip ya dengan Si Itu ?”, entah sudah berapa kali kuucapkan kalimat seperti ini dalam hidupku. Kalimat yang kuucapkan ketika melihat seseorang berwajah mirip dengan orang lain. Kita gampang saja menilai kemiripan wajah orang. Sedangkan orang bersangkutan yang wajahnya dimirip-miripkan itu biasanya tidak merasa. Bahkan ketika wajahnya dimiripkan dengan wajah saudara kandungnya sekalipun.<br /><a name='more'></a><br /><br />Akhirnya tibalah saat dimana saya sendiri yang dimirip-miripkan. Sebenarnya ini ketiga kalinya saya dikatakan mirip dengan orang lain. Tetapi yang ketiga ini yang betul-betul membuatku ngeh dan masuk di pikiranku. Mungkin karena wanita “beruntung” yang dikatakan mirip saya itu adalah seorang perempuan biasa seperti saya. Kalau dua “kasus mirip saya” sebelumnya itu adalah artis :) yang sangat-sangat tidak masuk akalku. Itupun miripnya cuma pada angle-angle tertentu. Selain dari angle itu sudah tidak mirip lagi. Hehehe ya iyalah… :)<br /> <br />Reaksiku saat pertama kali bertemu wanita manis itu seperti kebanyakan orang, merasa tidak ada kemiripan. Tapi saya sadar saya tidak bisa terus bersikeras. Karena semua orang yang mengenal kami berdua seolah sudah bersekongkol untuk mengatakan bahwa kami memang mirip. Baiklah, kataku dalam hati. Selanjutnya yang ingin kulakukan adalah berusaha mendapatkan foto ibu muda itu untuk kuamati baik-baik. Mencoba menilai dengan objektif, mencoba menemukan kemiripan itu. Ketika akhirnya fotonya sudah berhasil kumasukkan di laptopku, berkali-kali kupandangi. Miripkah ?? Hmmm… kalau saya tersenyum kalem, memang mirip :). Ya ibu ini orangnya kalem, lembut, dan manis. Sedang suaminya seorang pria yang baik, sopan, dan tampaknya rajin beribadah. Karena itulah saya tidak keberatan dibilang mirip. Mudah-mudahan saya juga mempunyai citra sebaik mereka. <br /><br />Saya teringat seorang teman akrabku waktu SD. Wajahnya cantik dan sangat mirip artis Inneke Koesherawati. Temanku ini tidak suka dimirip-miripkan dengan Inneke karena waktu itu Inneke masih seorang artis sexy yang sering main di film-film panas. Sekarang temanku itu sudah berjilbab yang panjang menutupi seluruh tubuhnya. Inneke pun sudah berjilbab walau jilbabnya tidak sepanjang temanku. Sudah lama tidak kontak dengannya. Masih marah tidak ya kalau dibilang mirip Inneke Koesherawati ?Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-75992794003652084612009-11-24T21:07:00.000-08:002010-01-19T02:22:53.358-08:00Anaknya Disayang Dong !“Ta mo bage pangana !!”. Kalau diartikan kira-kira artinya, “Kuhajar kamu !!”. Teriakan itu lagi. Entah pagi, entah siang, entah sore. Itu teriakan sang oma tetangga depan rumah. Yang diteriaki satu dari beberapa cucu laki-lakinya yang menurutnya sangat nakal. Dari pengamatanku, cucunya baik-baik saja kok. Masih dalam batas normal. Sang opa yang berbadan tinggi besar tak beda jauh perangainya. Senang berteriak saat memarahi cucunya. Satu lagi, sang menantu yaitu istri dari anak laki-laki mereka. Syukurlah suaminya “tidak doyan” mengeluarkan suara berisik juga. Huff… <br /><a name='more'></a><br />Kadang saya bisa dengan mudahnya mengabaikan teriakan-teriakan itu. Namun kadang, terdengar seperti mereka sedang berteriak tepat beberapa centimeter saja dari kupingku. Sekali-sekali saat sudah mulai kesal karena merasa terganggu, saya berpikir, ”Apa tidak sakit tuh leher?”.<br /><br />Mereka sadar tidak ya kalau kebiasaannya sudah menyakiti orang-orang di sekitarnya. Bukan sekedar menyakiti telinga, hehehe jahatnya diriku. Sebenarnya ada hati juga yang mungkin sedikit tersakiti. Bapak dan ibu kosku adalah pasangan suami istri yang sudah menikah empat tahun namun belum juga mempunyai anak. <br /><br />Ibu kos yang umurnya setahun lebih muda dariku pernah menunjukkan “kekecewaannya” melihat sang menantu dari sang oma yang begitu kasarnya memarahi anaknya yang baru berusia 3 tahun itu. Seolah-olah anak itu sudah sangat paham bahwa apa yang dilakukannya itu adalah salah. Anak dan menantu sang oma ini memang tidak perlu menunggu lama untuk memiliki anak. Hanya beberapa bulan menikah sang menantu sudah hamil. Sangat berkebalikan dengan ibu kosku yang begitu mengidam-idamkan, jangankan melahirkan anak, telat datang bulan 2 minggu saja sudah membuatnya senang bukan main. Sayangnya itu hanya telat biasa. Tak pernah terus hingga 9 bulan.<br /><br />Tiap melihat siaran berita tentang pembuangan bayi di wc umum, tempat sampah, selokan, dan tempat-tempat tidak layak lainnya, ibu kos selalu berkata (meski tidak dalam keadaan berderai air mata, :)), “Waduh bayi kok dibuang-buang. Kita disini hamil saja susah”.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-2778349226092478552009-11-22T15:45:00.000-08:002010-01-19T02:22:58.641-08:00Menteri atau artis ?Saya teringat beberapa tahun lalu ketika menonton sebuah acara remaja di salah satu stasiun televisi swasta. Acara seperti ini ya yang disebut <span style="font-style:italic;">variety show</span> ? Di dalamnya memuat beberapa sesi berbeda. Ada liputan, kuis, ramalan bintang, dan lain-lain. Salah satu sesi, entah namanya apa dibuat seperti format acara cepat tepat. Dua regu yang masing-masing terdiri dari dua atau tiga orang anak SMU (lupa) saling berebut menjawab pertanyaan – pertanyaan untuk memperoleh poin sebanyak-banyaknya. <br /><a name='more'></a><br />Setelah beberapa pertanyaan, tiba sebuah pertanyaan yang membuatku tertawa saat salah satu peserta menjawab. Ini lucu, paling tidak bagiku. Pertanyaan itu adalah, siapa Menkominfo (yang menjabat saat itu tentunya) ? Dengan sigap seorang peserta memencet bel dan dengan suara lantang dan cepat menjawab,”Saiful Jamil !!”. Tidak banyak yang tertawa, kecuali sang pembawa acara yang di tangannya ada kunci jawaban bertuliskan SOFYAN JALIL. Saat jawaban yang benar dibacakan barulah ramai penonton tertawa. Respon penonton untuk tertawa itu sedikit lambat kemungkinan karena tidak banyak yang tahu siapa nama Menkominfo kita saat itu ataupun sekarang. Padahal sebenarnya cukup dengan mendengar nama SAIFUL JAMIL pun sudah bisa membuat kita tertawa.<br /><br />Anak itu tidak salah. Dia mungkin hanya salah menyebut saja. Yang di otaknya mungkin sudah ada nama SOFYAN JALIL tapi entah karena terlalu ingin cepat menjawab atau terbayang-bayang wajah SAIFUL JAMIL hehehe hingga bibirnya jadi salah. Wajar sih kalau salah sebut. Dari segi pengucapan, kedua nama itu sekilas mirip. Wajar pula kalau ia terbayang si artis. Saat itu memang sang artis sedang “rajin-rajin”nya muncul di acara infotainment karena berbagai kontroversi yang dibuatnya.<br /><br />Menurutku ini salah satu efek dari industri pertelevisian kita yang cenderung lebih mengejar profit. Infotainment yang kalau dihitung-hitung jatah tayangnya lebih banyak dibanding acara-acara yang bernilai edukasi, banyak diminati penonton. Dalam satu hari satu acara yang sama di satu stasiun televisi sampai muncul tiga kali dengan berita yang diulang-ulang. Belum lagi di stasiun televisi lain. Banyak peminatnya, banyak iklannya. Begitu ya kira-kira ? <br /><br />Masyarakat jadinya lebih mengenal nama-nama artis dari yang super terkenal hingga yang tak tahu spesialisasinya sebenarnya apa (pemain sinetron kah, penyanyi kah, atau apa?) dibanding nama para menteri kita. Kalau saya adalah anak itu, saya akan membela diri dengan mengatakan,”Siapa suruh menterinya ganti-ganti melulu!". <br /><br />Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak ingat. :)Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-50917821479313701202009-11-16T16:49:00.000-08:002010-01-19T02:23:00.302-08:00Belajar di Perantauan“Singa jika tidak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa. Merantaulah, maka kau akan dapatkan banyak hal. Kau akan dapatkan pengganti dari sanak familimu.”<br />Kutipan ini kudapatkan saat mendengar siaran sebuah radio. Sayang sekali saya lupa siapa pemilik kutipan ini. Segera kuabadikan di catatan telepon genggam karena sangat mengena di benakku.<br /><a name='more'></a><br />Dulu merantau adalah sesuatu yang terlihat sangat berat dan kupikir hampir tidak mungkin kulakukan. Makanya seseorang yang merantau terlihat hebat di mataku. Tetapi ternyata, sebagai singa akhirnya sarang kutinggalkan juga. <br /><br />Bagiku ini bukan hanya tentang mencari mangsa, ini tentang memasuki hidup yang sebenarnya. Banyak hal baru yang kudapatkan. Hal-hal yang sampai membuatku terheran-heran dan berpikir,” Ada ya begitu ?” atau sekedar berkata,”Ooooh begini toh…”. Sebagian bisa kujadikan pelajaran hidup, sebagian lagi cukup untuk menambah pengetahuan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa mengajariku sesuatu nantinya.<br /><br />Saya hanya akan menceritakan sedikit dari pelajaran itu.<br /><br />Di perantauan ini saya semakin tahu arti menghargai orang lain. Saya ini adalah seorang yang cukup egois. Mungkin karena “berstatus” anak bungsu dan satu-satunya perempuan dari 5 bersaudara, saya terbiasa diikuti maunya. Walaupun tidak separah anak tunggal kaya yang sangat antagonis seperti di sinetron-sinetron, tetapi saya cukup sadar bagaimana egoisnya diriku hehehe…<br /><br />Sekarang, sifat itu harus disingkirkan perlahan-lahan. Kalau sekaligus sepertinya susah. Satu hal yang musti kusadari, di sini saya sendiri. Orang-orang baru yang kukenal ini tidak mengenal dalam latar belakangku, bagaimana dulunya saya diperlakukan. Yang mereka tahu, saya hanya seorang perempuan berusia sekitar seperempat abad yang tidak perlu diperlakukan istimewa layaknya anak kecil.<br /><br />Saya harus belajar bisa menerima perlakuan atau sikap buruk seseorang saat ia dirundung masalah. Setiap orang punya cara sendiri dalam melampiaskan kekesalan atau kesedihannya. Dan itu terkadang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman. Dulu saya bisa dengan seenaknya ngambek, marah, pasang tampang jutek, dan aneka ekspresi kesal lainnya saat punya masalah. Kini, saya yang harus sabar melihat orang lain bertingkah seperti itu.<br /><br />Saya berkata pada diriku sendiri, “Hana, kamu sudah lihat kan bagaimana tidak enaknya diperlakukan buruk dan bagaimana enaknya diperlakukan dengan sangat baik oleh orang lain? Kenapa tidak kau perlakukan mereka sama seperti bagaimana kau ingin diperlakukan ?”Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-50827764451167247322009-08-30T17:00:00.000-07:002010-01-19T02:23:09.978-08:00Saya di ManadoManado… Tak pernah terbayang kalau saya akan tinggal di kota ini. Walaupun masih berada di satu pulau dengan dua kota tempat tinggalku sebelumnya (Kendari dan Makassar), Manado sangat asing bagiku. Namun pekerjaan sebagai abdi negara lah yang akhirnya membawaku kesini. Itulah rahasia Allah, apa yang akan terjadi manusia tak pernah bisa tahu pasti. Karena itulah dalam ilmu Statistika dikenal istilah peluang. Kita hanya bisa menghitung seberapa besar peluang kejadian yang akan terjadi. Tidak ada rumus matematika untuk menentukan kejadian apa yang akan terjadi besok. Hehehe jadi ingat masa-masa kuliah. Kembali ke soal kesanku terhadap kota tempat tinggalku sekarang ini. Tentunya tiap kota memiliki perbedaan. Dan itulah yang menjadi salah satu sisi menarik dari berpindah tempat tinggal. Karakteristik kotaku sebelumnya yang kujadikan parameter untuk memberi kesan terhadap kotaku yang sekarang.<br /><a name='more'></a><br />Pertama tiba di bandara Sam Ratulangi, sudah lewat tengah malam. Saya memilih penerbangan pada jam itu karena itulah harga termurah. Waktu itu bertepatan musim liburan jadi tiket lumayan mahal. Tentu saja karena malam saya tidak bisa melihat jelas keadaan kota. Nanti keesokan hari baru terlihat betul bagaimana situasi kota Manado. Bersih, itu kesan pertama. Manado mungkin bukan kota terbersih di Indonesia. Tetapi berhubung kota yang menjadi pembanding adalah Kendari dan Makassar, maka sangat pantas jika ini yang menjadi kesanku. Penataan kotanya pun rapi. Pusat perbelanjaan seperti mall dan pertokoan besar terletak di daerah pinggir laut yang oleh masyarakatnya disebut Boulevard. Sungguh menyenangkan saat kita makan di foodcourt di lantai paling atas beberapa pusat perbelanjaan. Sambil makan menikmati pemandangan laut yang indah. Ya laut Sulawesi Utara memang indah.<br /><br />Dari segi bahasa, Makassar dan Kendari banyak memakai “partikel” berupa imbuhan yang sama. Namun tidak demikian dengan Manado. Logat Manado termasuk yang cukup populer di Indonesia. Partikel jo dan dang, kata ngana, sudah lama kudengar. Tapi jangan salah, walaupun sekilas bahasa Manado hanya memakai kata-kata bahasa Indonesia ternyata membingungkan juga. Sebagai contoh, kata alus (dari kata halus) yang ternyata berarti kecil (untuk benda) atau kurus (untuk tubuh manusia). Iko (dari kata ikut) juga diartikan lewat. Misalnya ketika ada yang berkata, iko sini itu berarti lewat sini. Satu lagi yang pernah membuatku salah mengerti. Kata batunangan kupikir artinya bertunangan padahal berpacaran. Fuhh… Terakhir ada istilah gaul masyarakat Manado dalam menyebut orang tua. Ajus yang berarti ibu dan sebe yang berarti bapak. Seorang teman pernah memberitahuku kepanjangan dari kedua istilah tersebut. Mungkin itu plesetan yang dicocok-cocokkan saja. Saya tidak tahu pasti. Sebe adalah singkatan dari Setan Besar, sedang Ajus dipanjangkan menjadi Ajudan Setan. Wah ada-ada saja. Ada yang bilang istilah ini sebenarnya kurang sopan penggunaannya. Tapi kok banyak dipakai ya ? Bahkan mereka yang sudah berstatus orang tua pun memakai istilah ini. Entahlah…<br /><br />Untuk angkutan umum dalam kota atau mikrolet, orang Manado menyebutnya dengan nama yang lebih singkat mikro. Warnanya sama dengan mikrolet di Makassar dan Kendari yaitu biru muda. Perbedaan terletak pada susunan tempat duduknya. Jika di Makassar dan Kendari bangku dipasang berhadap-hadapan, di sini dipasang semua menghadap ke depan seperti pada bis atau mobil pribadi. Tempat duduk tambahan berupa papan yang dipasang di antara kedua kursi di barisan tengah disebut tempat duduk VIP. Penamaan yang sedikit bergengsi. Kalau di Makassar, tempat duduk tambahan dipasang di depan pintu menghadap ke semua penumpang. Sehingga orang yang duduk disitu terlihat seperti televisi yang dipandangi semua penumpang lain. Anak muda Makassar sering menyebutnya televisi atau kursi ulangtahun. Dan hal yang membuatku sedikit heran pada awalnya adalah di kursi samping supir, bisa diduduki oleh dua orang jika sedang penuh. Jadi di depan bisa tiga orang dengan supir. Bayangkan jika kedua penumpang itu berbadan besar. Betapa sempitnya. Jika naik mikro sendirian, saya tidak mau duduk di depan. Bagaimana jika di perjalanan ada penumpang yang juga duduk di depan, apalagi kalau laki-laki. Sangat tidak nyaman.<br /><br />Terakhir, orang-orang Manado berperangai ramah. Mereka tidak segan menegur orang yang baru ditemuinya. Misalnya saat berpapasan di tempat-tempat umum atau saat menjumpai teman baru di tempat kerja. Menyapa dengan senyuman sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.<br /><br />Sebenarnya, masih banyak yang bisa diceritakan dari Bumi Nyiur Melambai ini. Disebut begitu karena dimana-mana tanahnya ditumbuhi pohon kelapa. Jika kuceritakan semua, sepertinya bisa jadi satu buku :). Atau malah saya bakal dikira duta pariwisata Sulawesi Utara.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-74926986765561278252009-08-30T16:47:00.000-07:002010-01-19T02:23:21.599-08:00Cinta Tak Harus MemilikiKalimat yang sudah sangat familiar di telinga dan mata. Biasanya suatu ungkapan menjadi sering digunakan oleh masyarakat jika maknanya disetujui atau dibenarkan oleh akal. Dengan kata lain, artinya tidak mengada-ada. Namun bagiku agak mengganjal. Setiap mendengar kalimat ini, ada penolakan kecil di dalam benakku. Entah akal atau perasaanku yang tidak menyetujuinya. <br /><a name='more'></a><br />Benak sederhanaku berkata…<br /><br />Kalau memang bukan milik atau SUDAH bukan milik, ya jangan dicintai. Cintailah yang sudah menjadi milikmu. Milik orang lain biarkan saja dicintai oleh pemiliknya. Seperti biasa… Bicara memang gampang. Tetapi itulah yang menjadi salah satu “prinsip”ku. Aduh tidak tahu apa istilah yang lebih pas. Saya pakai istilah “prinsip” saja. Perbendaharaan istilah intelek-ku masih sangat kurang. <br /><br />Kembali ke masalah cinta-cintaan…<br /><br />Seringkali yang terjadi padaku adalah saya baru akan mencintai jika saya tahu bahwa orang itu mencintaiku. Cinta tidak bisa kurasakan jika hanya satu arah. Cinta itu tidak akan datang jika tak ada yang memberikannya. Nyambung tidak ya jika saya mengatakan ini sama dengan prinsip “ada uang ada barang”. Jika dianalogikan menjadi “ada cinta ada cinta”. Mungkin kesannya egois. Namun inilah yang sering kualami. Akan tetapi, tetap ada syarat yang kubuat untuk diriku sendiri. Cinta akan kubiarkan berkembang jika si pemberi cinta itu adalah milikku. Jika bukan atau belum menjadi milikku, cinta itu akan kudiamkan saja. Terlebih jika ada orang lain yang memilikinya. No way !Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-1026025114425471522009-08-07T17:07:00.000-07:002010-01-19T02:30:36.244-08:00Narsisme Dalam ManajemenSemalam saya mendengar siaran radio. Ada sebuah cerita yang membuatku ingin menceritakannya kembali. Dengan menuliskannya di sini, saya harap tidak akan terlupakan karena ada arsipnya. Bagiku ini menarik.<br /><a name='more'></a><br />Suatu ketika sewaktu Bill Clinton masih menjabat sebagai Presiden USA, ia merasa jenuh dengan acara-acara protokoler yang harus diikutinya setiap hari. Ia pun bersama Hillary menyelinap keluar dari kediaman mereka pulang ke kampung halaman Bill di Arkansas. Berdua saja mereka berangkat dengan mengendarai mobil. Sesampai di sana, mobil yang mereka kendarai itu kehabisan bensin. Di Amerika, di SPBU kita mengisi sendiri bensin kemudian dibayar di kasir. Hillary berkata kepada suaminya, “ Jangan kamu yang ke kasir, karena semua orang pasti mengenalimu, biar saya saja”. Hillary pun berjalan ke kasir untuk membayar. Bill menunggu, menunggu, dan menunggu. Mengapa begitu lama ? Pikirnya. Ternyata dilihatnya sang istri sedang mengobrol dengan seorang pria ganteng. Mereka terlihat sangat akrab. Akhirnya saat Hillary kembali ke mobil, Bill pun bertanya, “ Kamu tadi ngobrol dengan siapa ?”. Ia merasa sedikit cemburu. Dengan tenang sang Ibu Negara menjawab,” Oh dia pemilik SPBU ini, dia mantan pacarku dulu”. Bill lalu berkata,” Kamu beruntung menikah dengan saya. Jika kamu menikah dengan dia kamu hanya akan menjadi istri penjual bensin”. Hillary yang dikenal cerdas menjawab,” Jika saya menikah dengan dia, dia yang akan menjadi presiden. Bukan kamu”.<br /><br />Sikap Bill Clinton inilah yang disebut Narsisme Dalam Manajemen. Ia merasa keberhasilannya menjadi presiden adalah karena dirinya sendiri. Ia lupa bahwa orang-orang di sekitarnya juga berperan dalam mengantarkannya menjadi seorang pemimpin yang sukses.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-15180137414695424382009-08-05T16:52:00.000-07:002010-01-19T02:30:35.062-08:00Award KeduaDapat award lagi nih. Kali ini dari <a href="http://www.masdoyok.co.cc/">Mas Doyok</a>, makasih ya... Seperti sebelumnya, instruksinya ku copy-paste saja deh biar tidak repot. Lagipula kata-kata dari <a href="http://www.masdoyok.co.cc/">Mas Doyok</a> sangat mudah dipahami.<br /><a name='more'></a><br />Dimulai dari Taurus yah karena itu zodiakku ....... :)<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEZfAQIFhlM0ikKfbozP4BdY_RfeLvfgWItDlhY2F9tpOVaSmCTv3rdjzt61bUWBbuzxkqUHx7EGq_ewhjHXNrGBotXEOLRVD-d68k-TBhPRqEtoSImmkKSCUZTAtZsupAY_Dh1LztKc/s1600-h/taurus.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEZfAQIFhlM0ikKfbozP4BdY_RfeLvfgWItDlhY2F9tpOVaSmCTv3rdjzt61bUWBbuzxkqUHx7EGq_ewhjHXNrGBotXEOLRVD-d68k-TBhPRqEtoSImmkKSCUZTAtZsupAY_Dh1LztKc/s320/taurus.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366635366167665714" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggOLQrvybK7T_sgILXCJG92nJAbQP6NjS0T16ytHL7UF4foo2-oOwRRc7mwCy54NvqMCykqWfdowMf0aX6BS-Kz1LEKE2MQ7E-Z0RcvzaPbIqxUjXiZa_y9TyXSGuNv-j6PZDXXfpg4tM/s1600-h/gemini.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggOLQrvybK7T_sgILXCJG92nJAbQP6NjS0T16ytHL7UF4foo2-oOwRRc7mwCy54NvqMCykqWfdowMf0aX6BS-Kz1LEKE2MQ7E-Z0RcvzaPbIqxUjXiZa_y9TyXSGuNv-j6PZDXXfpg4tM/s320/gemini.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366636646085269778" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqKW13S1oV_YSqzv3Ybc_zAHsvK6u8R-9Q-yMJAd5TPekKVkkOZAO2murHns8Srv-JOdZojlvwvimFs6XXvrumXZwQU0KN9xgZZKYt6Jkud1v1dIZe7cATqXtGfgqZZov3JYAbg2wam6E/s1600-h/cancer.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqKW13S1oV_YSqzv3Ybc_zAHsvK6u8R-9Q-yMJAd5TPekKVkkOZAO2murHns8Srv-JOdZojlvwvimFs6XXvrumXZwQU0KN9xgZZKYt6Jkud1v1dIZe7cATqXtGfgqZZov3JYAbg2wam6E/s320/cancer.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366637038906009794" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjstz50RA3BWfkFBoT4pbzT5pt86540tYVKSDIGdJPqIHTofYb7CIiKo3SD_xC4pi3ddSnOdOaY9Ofd3soq_CnvFNQqtGThwsfu7dl72cErIcSvPsWPXYTPn-nkRVpZSRuawsm3Og3qYP0/s1600-h/leo.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 146px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjstz50RA3BWfkFBoT4pbzT5pt86540tYVKSDIGdJPqIHTofYb7CIiKo3SD_xC4pi3ddSnOdOaY9Ofd3soq_CnvFNQqtGThwsfu7dl72cErIcSvPsWPXYTPn-nkRVpZSRuawsm3Og3qYP0/s320/leo.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366637309342853938" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiszll19Y3gmQSnCqo7v3s2wqEJ8o03UbMdXGqfmJhde3wHUH7tZ_3QC4CpLTjI2oVnXkeHrzsVmCjMapiOCzNj7kHHa2vLlPbHCeJKSJYSluX9g8BdDfRENyHt_sbcWVqOJtDwumgKet4/s1600-h/virgo.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiszll19Y3gmQSnCqo7v3s2wqEJ8o03UbMdXGqfmJhde3wHUH7tZ_3QC4CpLTjI2oVnXkeHrzsVmCjMapiOCzNj7kHHa2vLlPbHCeJKSJYSluX9g8BdDfRENyHt_sbcWVqOJtDwumgKet4/s320/virgo.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366643785778893314" /></a><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx5NfeqZFoF3hKUw57_2eIWolrTE7IEVTxylp2RdSAdsIohjGD983WBkGyj0VZuwRWwvNSkiNsDNpT_UAuj-vOytOo3EjBvYmfn1K3ojpOej4HbuGanAqgT_WsWnSgjWAMtcxhdzSuG8s/s1600-h/libra.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 146px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx5NfeqZFoF3hKUw57_2eIWolrTE7IEVTxylp2RdSAdsIohjGD983WBkGyj0VZuwRWwvNSkiNsDNpT_UAuj-vOytOo3EjBvYmfn1K3ojpOej4HbuGanAqgT_WsWnSgjWAMtcxhdzSuG8s/s320/libra.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366637795276759714" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1cmpm5cmDO_UT93bqldWbKcYD-X8G6ahbqhP45EaHaIhnpVzTXvwdoSuwAzpT5nOxKRTMftGmpzCEVj44Jjr-O4LOf92ssgeppaqjmDSykAsYRjT-dKb-rrzDXSCIlD7RWnh3YRP7e9Q/s1600-h/scorpio.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1cmpm5cmDO_UT93bqldWbKcYD-X8G6ahbqhP45EaHaIhnpVzTXvwdoSuwAzpT5nOxKRTMftGmpzCEVj44Jjr-O4LOf92ssgeppaqjmDSykAsYRjT-dKb-rrzDXSCIlD7RWnh3YRP7e9Q/s320/scorpio.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366638220737068162" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuhZ5IwJaoYOJVF7UUKDqESbKbOG-OdVY9Qk8K3REnCuE24elSfrdQ-Y76kd3P1Zs4L3XCO91xXDY-fBuQEmQHUSbUtE7pSEwF_1UsdSu7svltTxS3LiN09OiVadFyAex-jUL2sTkoTHk/s1600-h/sagitarius.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuhZ5IwJaoYOJVF7UUKDqESbKbOG-OdVY9Qk8K3REnCuE24elSfrdQ-Y76kd3P1Zs4L3XCO91xXDY-fBuQEmQHUSbUtE7pSEwF_1UsdSu7svltTxS3LiN09OiVadFyAex-jUL2sTkoTHk/s320/sagitarius.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366638529540108754" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrMZl0et7Lmkbqh8v36isLZxdYRbf2WuN5UQrb4lzvd3ApfGf2Yv5FmSBMUDJcUQg4kFLmxIv07UxtXDwpqOQM0O_Sd3Pd526_8GaraKZjT7xYbRkOtu_mgLSkIhW6c7zLRPjMzRfskCE/s1600-h/capricorn.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrMZl0et7Lmkbqh8v36isLZxdYRbf2WuN5UQrb4lzvd3ApfGf2Yv5FmSBMUDJcUQg4kFLmxIv07UxtXDwpqOQM0O_Sd3Pd526_8GaraKZjT7xYbRkOtu_mgLSkIhW6c7zLRPjMzRfskCE/s320/capricorn.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366638689262598658" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXKz-P-DD4bxpLmYp7vryEm9FyMxz8WpXfCC04VnfJE9gOWF_V6YNrc8wnC-4QPafIQuCbv6NgZ2MwGrzihCbV1PIPjn0jS4vg_fKJPKRgHDHYFrYtzc9LplW3okJi_g3VwZbHMkO3Ie4/s1600-h/aquarius.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXKz-P-DD4bxpLmYp7vryEm9FyMxz8WpXfCC04VnfJE9gOWF_V6YNrc8wnC-4QPafIQuCbv6NgZ2MwGrzihCbV1PIPjn0jS4vg_fKJPKRgHDHYFrYtzc9LplW3okJi_g3VwZbHMkO3Ie4/s320/aquarius.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366644120095197154" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV_KHlr75xq7axFKEgwNABfWa0wlIl_dmh-9UN1fhXHEYk1Jn5je6oFMdH5rDreLybGpFes5JHqwPxel10RJ58zBDM4SzofU6eXI1C7mVpw92pGcj3A-SXTxNgDc2Hx0r1jGv1R_elQqU/s1600-h/pisces.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV_KHlr75xq7axFKEgwNABfWa0wlIl_dmh-9UN1fhXHEYk1Jn5je6oFMdH5rDreLybGpFes5JHqwPxel10RJ58zBDM4SzofU6eXI1C7mVpw92pGcj3A-SXTxNgDc2Hx0r1jGv1R_elQqU/s320/pisces.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366644281043919426" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieQWUADnFt2szvxfvhkV58kN8eHMIbeZeYxRGkYnzsBcwcBwVwcDxiHimaIsT3dk4p1bQFKa9wTryov57vE6vM4y-WrAgt_Tp3DAa9mSCiZwfaiJWADgTxyI2Qp9UnM8rGF-IWmECVMJk/s1600-h/aries.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieQWUADnFt2szvxfvhkV58kN8eHMIbeZeYxRGkYnzsBcwcBwVwcDxiHimaIsT3dk4p1bQFKa9wTryov57vE6vM4y-WrAgt_Tp3DAa9mSCiZwfaiJWADgTxyI2Qp9UnM8rGF-IWmECVMJk/s320/aries.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366644709131476322" /></a><br /><br />Nah, selanjutnya award ini akan saya berikan kepada sobat-sobat tercinta:<br />1. <a href="http://romanisti82.blogspot.com/">Romanisti</a><br />2. <a href="http://asrizalwahdanwilsa.blogspot.com/">Asrizal</a><br />3. <a href="http://joxerz.blogspot.com/">Adem Ayem</a><br />4. <a href="http://joe-bisnis.blogspot.com/">Zujoe</a><br />5. <a href="http://zindunk27.blogspot.com/">Zindunk Anggar</a><br />6. <a href="http://thefundiary.blogspot.com/">Nadia Azka</a><br />7. <a href="http://ridowahyudi.blogspot.com/?id=rido">Akhi Ridho Wahyudi</a><br />8. <a href="http://jaganiakaromu.blogspot.com/">Maudhy Satyadharma</a><br />9. <a href="http://celebryti.blogspot.com/">Novita</a><br />10. <a href="http://panduan-krisna.blogspot.com/">Krisna</a><br /><br />Nah, yang nerima harap bagikan lagi yahhh<br /><br />Cara Pengambilan:<br />1. Kopas saja seluruh artikel ini<br />2. Ganti nama pemberi award, kalo aku dari <a href="http://www.masdoyok.co.cc/">Mas Doyok</a>, ganti dari aku dong (kasih link ke aku)<br />3. Nah, lalu bagikan ke sepuluh tmanmu yang lain.... (bisa bertahap kalo masih bingung)<br />4. Kasih tau temanmu lewat shoutmix... :DHana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-56558109190725380902009-07-29T17:24:00.000-07:002010-01-19T02:30:43.836-08:00Award Pertama-ku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1xA-7pY44T3HZk-3vkdGpmVEIrujpS9ys2Pd9GR0hzmh79McdlLEGRadgOa7sKx1s-nftO3Wy1EXxRi3_m6-EAQGJZYIug2OEk9zWol73FTZ-Ca7nL-jLFkmtTytF1bqo-MH_BjzFLe4/s1600-h/award11.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1xA-7pY44T3HZk-3vkdGpmVEIrujpS9ys2Pd9GR0hzmh79McdlLEGRadgOa7sKx1s-nftO3Wy1EXxRi3_m6-EAQGJZYIug2OEk9zWol73FTZ-Ca7nL-jLFkmtTytF1bqo-MH_BjzFLe4/s320/award11.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5367030995245980082" /></a><br />Sebenarnya saya belum terlalu mengerti dengan Penganugerahan Award di kalangan para blogger ini. Sebelumnya sudah sering melihat di blog teman-teman. Saya pikir penerima award ini adalah mereka yang sudah "profesional" baik dari segi design blog maupun isi tulisannya yang berbobot. Makanya cukup mengejutkan ketika membaca komentar salah satu teman yang berkunjung di blogku. Oleh <a href="http://ridowahyudi.blogspot.com/2009/07/award-untuk-sahabat-blogger.html">Akhi Rido Wahyudi</a> saya juga diberi award. Begitu membaca instruksinya, sedikit membingungkan bagiku yang sangat awam ini. Karena waktuku yang tidak banyak untuk mengutak-atik blog, instruksi ini kuabaikan dulu. Namun keesokan harinya, saat membuka akun blog akhirnya saya terdorong juga untuk meluangkan waktu sedikit untuk mencoba menjalankan langka-langkah supaya bisa dapat award. Biar tidak semakin membuatku bingung, ku copy-paste saja. Seperti teman-teman lain :)<br /><a name='more'></a><br />Award ini sendiri merupakan Award yang ber-backlink, maka sahabat blogger yang menerima award ini akan secara otomatis mendapatkan backlink, dan jika kita mengikuti aturannya secara tepat maka blog kita akan mendapatkan banyak backlink dalam waktu yang singkat.<br />Dan pada akhirnya saya memutuskan para sahabat blogger yang menerima award ini adalah :<br /><a href="http://privace23.blogspot.com/">Kelompok Ilmiah Remaja</a><br /><a href="http://www.han-schatzi.co.cc/">han-schatzi</a><br /><a href="http://pencangkul.blogspot.com/">Junaedi</a><br /><a href="http://catatan-arfi.blogspot.com/">Arfi</a><br /><a href="http://fayzahiqmah.blogspot.com/">Fay</a><br /><a href="http://penjaralangit.blogspot.com/">Wawan</a><br /><a href="http://percikkeluarga.blogspot.com/">Fisa</a><br /><a href="http://dianglela.blogspot.com/">Ummi Nay</a><br /><a href="http://yellow-up-yourlife.blogspot.com/">elsa</a><br /><a href="http://jaganiakaromu.blogspot.com/">Kopral</a><br /><br />“Bagi siapa saja yang menerima award ini diharuskan untuk membagikan kembali award ini kepada sepuluh orang temannya. Dan selanjutnya si penerima award harus meletakkan link-link berikut ini di blog atau artikel kamu :<br /><br />1. <a href="http://aremaniangalam.blogspot.com/?id=rido">Reza</a><br /><br />2. <a href="http://boybloglinux.blogspot.com/?id=rido">Rizky</a><br /><br />3. <a href="http://omtomi.blogspot.com/?id=rido">Omtomi</a><br /><br />4. <a href="http://rockmusik-net.blogspot.com/?id=rido">Blognyaipank</a><br /><br />5. <a href="http://rockmusik-net.blogspot.com/?id=rido">My Music</a><br /><br />6. <a href="http://avancalinux.blogspot.com/?id=rido">Avanca Linux</a><br /><br />7. <a href="http://designofpassion.blogspot.com/?id=rido">Ote Tatsuya</a><br /><br />8. <a href="http://deogracias86.blogspot.com/?id=rido">Deogracias</a><br /><br />9. <a href="http://ridowahyudi.blogspot.com/?id=rido">Akhi Rido Wahyudi</a><br /><br />10. <a href="http://www.terlintasdibenak.blogspot.com/">Hana Mugiasih</a><br /><br />Aturannya begini :<br />sebelum kamu meletakkan link di atas, kamu harus menghapus peserta nomor 1 dari daftar. Sehingga semua peserta naik 1 level. Yang tadi nomor 2 jadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst. Kemudian masukkan link kamu sendiri di bagian paling bawah (nomor 10). Tapi ingat ya, kalian semua harus fair dalam menjalankannya. Jika tiap penerima award mampu memberikan award ini kepada 5 orang saja dan mereka semua mengerjakannya , maka jumlah backlink yang akan didapat adalah<br /><br />Ketika posisi kamu 10, jumlah backlink = 1<br />Posisi 9, jml backlink = 5<br />Posisi 8, jml backlink = 25<br />Posisi 7, jml backlink = 125<br />Posisi 6, jml backlink = 625<br />Posisi 5, jml backlink = 3,125<br />Posisi 4, jml backlink = 15,625<br />Posisi 3, jml backlink = 78,125<br />Posisi 2, jml backlink = 390,625<br />Posisi 1, jml backlink = 1,953,125<br /><br />Dan semuanya menggunakan kata kunci yang kamu inginkan. Dari sisi SEO kamu sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung web para downline kamu mengklik link itu, kamu juga mendapatkan trafik tambahan.<br />Nah, silahkan copy paste saja, dan hilangkan peserta nomor 1 lalu tambahkan link blog/website kamu di posisi 10. Ingat, kamu harus mulai dari posisi 10 agar hasilnya maksimal. Karena jika kamu tiba2 di posisi 1, maka link kamu akan hilang begitu ada yang masuk ke posisi 10.”<br /><br />Selamat mengambil award-nya, sobat. Tetap jalin silaturrahim kepada para blogger agar blog sobat cepat naik trafik pengunjungnya. Selamat kepada para sahabat blogger yg mendapat award.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-24572043515230667542009-07-28T17:01:00.000-07:002010-01-19T02:30:32.762-08:00Sebuah Tugas BaruHari ini saya berhasil menyelesaikan sebuah tugas baru. Sebuah tanggung jawab baru. Jika biasanya saya hanya bekerja di belakang meja berkutat dengan data-data guru, kali ini saya harus berdiri di depan guru-guru SMP dan SMA. Sebuah tugas yang mungkin bagi pegawai lain hanya sebuah tugas kecil. Saya dan seorang teman diserahi tanggung jawab membawakan materi “ICT dan kaitannya dengan imtaq”. Bagiku ini besar karena ini pengalaman pertamaku sebagai pengajar di pendidikan dan pelatihan yang diadakan di kantorku. Sebenarnya masalah ajar-mengajar adalah bagian para pejabat fungsional yang disebut dengan Widya Iswara (WI). Tetapi karena di lembaga tempatku bekerja ini yaitu LPMP Sulawesi Utara, hanya memiliki satu tenaga WI IT (itupun beliau sedang menyelesaikan pendidikan S3) maka khusus materi ini dipercayakan ke para staf seksi Program dan Sistem Informasi (PSI) dimana saya bertugas.<br /><a name='more'></a><br />Materi ini dibawakan oleh dua orang untuk mewakili dua agama yang menjadi kepercayaan para peserta. Satu agama Kristen dan satu lagi Islam. Di kantorku ini ada 117 pegawai, hanya 8 yang muslim selebihnya Nasrani. Sebenarnya yang dipercayakan membawakan materi untuk agama Islam adalah teman satu seksi saya, lebih senior. Tetapi dia menolak dan merekomendasikan saya. Jadi tugas ini sebenarnya sebuah tanggung jawab yang HARUS saya terima, dengan pertimbangan sudah tidak ada orang lain yang bisa membawakannya. Dengan terpaksa kuterima dengan bermacam kekhawatiran di benakku. Khawatir karena tidak punya pengalaman sebagai pemateri diklat. Apalagi pesertanya adalah guru-guru yang notabene usianya beberapa tahun bahkan jauh di atasku. Statusku yang pegawai baru dan masih 80 % cukup membuat nyaliku ciut pada awalnya. Jika melihat para WI yang senior-senior dengan gelar Master bahkan ada yang Doktor, membuatku menganggap remeh diriku sendiri.<br /><br />Namun akhirnya bisa juga kukerjakan. Alhamdulillah lancar. Dari segi materi sebenarnya ringan. Hal ini karena kemampuan IT para guru-guru ini sangat minim. Hanya satu dua orang saja yang akrab dengan dunia IT, itupun masih sangat standar.<br />Bagiku berkesempatan mengemban tugas ini adalah suatu kehormatan. Masalah honor yang kecil bukan masalah. Saya agak kurang simpatik melihat beberapa orang yang tingkat antusiasmenya dalam menerima sebuah tanggung jawab tergantung dari besarnya bayaran yang akan diterimanya. Kok kesannya materialistis sekali. Toh sebagai “kuli pemerintah” kita sudah digaji tiap bulan ? Penghasilan di luar gaji seperti honor, mengapa tidak dijadikan bonus atas keringat kita ? Bukan dijadikan “incaran” bahkan tujuan utama. Saya juga kurang senang saat ada yang menertawakanku ketika menerima honor dari mengajar ini yang jumlahnya sangat kecil. Bisa dibilang receh jika yang dijadikan ukuran adalah honor kegiatan lain yang biasa kami terima.<br /><br />Orang boleh saja mengatakan saya berpikiran seperti ini karena masih anak kemarin sore. Idealismenya masih tinggi. Mudah-mudahan tidak. Satu hal yang sangat saya sadari… saat kita bekerja dengan mengedepankan tanggung jawab dan mengesampingkan bayaran atau pujian yang akan diterima bahkan tidak memikirkan dulu, akan memberikan hasil yang luar biasa. Karena yang ada di pikiran kita adalah bagaimana bekerja sebaik dan semaksimal mungkin sehingga pekerjaan itu dilakukan dengan ikhlas. Ketika tugas itu selesai dengan baik, orang memberi apresiasi berupa pujian dan kita menerima bayaran dari lembaga (yang jumlahnya tidak pernah kita kira-kira) semua terasa sebagai rejeki dari langit yang jatuh dengan derasnya. Tapi entah apa yang saya rasakan ini sama dengan orang lain. Ukuran kebahagiaan orang berbeda-beda. Untuk orang yang banyak nrimo seperti saya, hal kecil pun bisa membuatku sangat senang dan bersyukur.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-50655866553770689672009-07-28T16:57:00.000-07:002010-01-19T02:28:42.893-08:00Antara Bapak dan FacebookKemarin saya menerima pesan singkat dari nomor telepon seluler bapak. Isi pesan itu adalah informasi bahwa bapak dan mama (begitu saya dan saudara-saudara saya biasa memanggil orang tua kami) sedang berada di Raha tepatnya di rumah salah satu adik mama. Raha adalah sebuah ibukota kabupaten di Sulawesi Tenggara yang merupakan kota kelahiran mama. Sehari sebelumnya mereka masih berada di Bau-bau untuk menghadiri pesta pernikahan seorang kerabat.<br /><a name='more'></a><br />Bunyi pesan itu : “BM sdh di Raha di rmh T. Uni”. Jika diperjelas akan seperti ini “Bapak dan Mama sudah di Raha di rumah Tante Uni”<br /><br />Bentuk singkatannya sangat khas bapak. Sedikit berbeda dengan cara menyingkat orang pada umumnya. Terkadang beliau menggunakan kode-kode yang biasa dipakai para tentara dan polisi saat berkomunikasi ; seperti “10 2” yang berarti menanyakan posisi dimana atau “8 6” yang berarti mengerti/paham.<br /><br />Bapak memang sangat rajin meng-update kabar ke anak-anaknya yang sudah tinggal terpisah di beberapa kota. Bahkan kadang “terlalu rajin” :). Mungkin kebiasaan sewaktu masih aktif sebagai anggota POLRI masih melekat pada diri beliau. Mungkin juga karena berharap pesan singkatnya itu dibalas dengan kabar terbaru dari anak-anaknya. Dengan demikian beliau bisa tahu apa yang sedang dilakukan anaknya sekarang. Begitulah orang tua. Begitu perhatiannya kepada anak-anaknya, namun sebaliknya anak-anak tidak mengerti. Menganggap itu adalah perhatian yang berlebihan. Kadang-kadang saya berpikir seperti itu. Hingga tadi saya tersadar. Ya Allah, saya lebih rajin meng-update status di Facebook dibanding meng-update kabarku ke orang tuaku. Astagfirullah. Setelah ini saya berjanji akan lebih rajin memberi kabar ke orangtua mengenai hal-hal yang mungkin akan membuat mereka senang mengetahuinya.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-38238364374434171442009-07-17T16:57:00.000-07:002010-01-19T02:28:33.700-08:00Akhirnya Saya Bisa !Setiap melewati rumah itu ada sedikit ketakutan yang kurasakan. Mungkin inilah yang disebut dengan Paranoid, takut akan sesuatu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan rumah itu. Tidak ada desas-desus yang mengatakan kalau rumah itu berhantu. Tahu tidak kenapa ? Di rumah itu ada anjing peliharaan yang pernah menggonggongku. Sejak saat itu saya selalu was-was setiap melintas di depan rumah itu. Apalagi kalau pagar besinya terbuka. Saya membayangkan si anjing tiba-tiba keluar dan langsung menggigitku. Begitulah sifatku dan juga mungkin sebagian orang. Selalu membayangkan hal buruk yang belum tentu akan menimpa kita. Padahal tidak baik ya seperti itu.<br /><a name='more'></a><br />Kembali ke soal anjing. Hingga suatu pagi saat akan berangkat ke kantor. Kebetulan kosanku tidak terletak di pinggir jalan raya. Jadi harus berjalan dulu keluar. Pagi itu banyak anak SD yang berjalan kaki menuju sekolahnya. Di depanku ada seorang anak laki-laki. Ia melintas di depan seekor anjing yang sedang nongkrong, tapi bukan anjing yang pernah menggonggongku itu. Jarak si anak dengan anjing sangat dekat, sehingga membuatku lagi-lagi membayangkan yang tidak-tidak. Khayalan tingkat tinggiku membayangkan taring si anjing sudah menancap di betis kecil sang bocah :). Dan sekali lagi khayalanku tidak terjadi. Anak itu “selamat”.<br /><br />Sekarang giliranku yang melintas di depan anjing itu. Anak sekecil itu saja bisa, masa saya tidak ? Pikirku. Orang-orang bilang, biar tidak digonggong anjing triknya adalah santai saja. Jangan panik. Persis seperti anak tadi. Dan … dengan tenang saya berjalan mendekat, terus mendekat, hingga tepat di depan si anjing. Anjing itu diam saja. Perlahan langkahku menjauh, menjauh, dan terus menjauh. Hingga akhirnya saya “lolos”. Yess !! Teriakku dalam hati. Akhirnya saya bisa !<br /><br />Tunggu sampai saya bertemu anjing coklat yang pernah menggonggongku dulu. Akan kubuktikan kalau saya sudah tidak takut lagi. Hahaha berlebihan sekali ya saya :). Anjingnya tenang-tenang saja. Memikirkan saya juga tidak. Kenapa jadi saya yang repot begini ? Paling tidak saya sudah berhasil mengatasi suatu ketakutan yang kumiliki sejak kecil.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-44004845991338091562009-07-17T16:55:00.000-07:002010-01-19T02:28:11.911-08:00Too Much Love Will Kill YouToo Much Love Will Kill You, judul lagu dari Queen. Lagu yang populer di tahun 1990-an. Itu menurut seorang teman kantor yang 5 tahun lebih tua dariku. Beberapa lagu Queen cukup akrab di telingaku, kecuali lagu ini. Saya baru mendengar hingga kemudian tahu bahwa ini milik Queen, ketika kasus pembunuhan Nasruddin dengan tersangka Antasari Azhar heboh menjadi pemberitaan di mana-mana. Lagu ini dijadikan soundtrack oleh Metro TV setiap kali berita ini yang ditayangkan. <br /><a name='more'></a><br />Too much love will kill you<br />If you can’t make up your mind<br />Torn between the lover<br />And the love you leave behind<br />…<br /><br />Slide gambar Antasari yang dikerubuti wartawan, foto Rani yang itu-itu saja (waktu itu Rani belum menampakkan diri), serta foto Nasruddin semasa hidupnya, muncul bergantian diiringi lagu ini.<br /><br />Saya sedikit merasa geli. Geli karena di benakku, “ Pilihan lagu yang sangat pas”. Memang benar ya, terlalu banyak cinta bisa membunuhmu. Cinta bisa membunuh seseorang dalam arti sebenarnya atau dalam makna kiasan. Lihat saja masih sering diberitakan orang-orang yang umumnya masih muda, rela bunuh diri karena patah hati. Laki atau perempuan, pasti ada. Padahal kalau dipikir, mereka kan masih muda. Masih banyak hal yang bisa dilakukan. Masih banyak waktu untuk mencari cinta yang lain. Yah yang mereka pikirkan pastilah macam-macam. Mungkin ada yang berpikir, hanya sang kekasih itu yang dicintainya. Tidak akan mungkin akan menemukan orang lain yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi. Hidupnya tidak akan berarti lagi tanpa dia. Dan seterusnya…<br /><br />Saya sering mendengar kata-kata bijak, ”Jangan berikan cintamu seluruhnya kepada seseorang, sebab jika putus cinta akan sangat sakit”. Saya sangat setuju. Semakin banyak cinta, semakin besar harapan, semakin sakit pula jika dikecewakan. Cintai seadanya saja. Hehehe sekedar bicara memang gampang ya… Terlepas bahwa bunuh diri adalah dosa, bagiku rugi sekali kalau harus mati karena cinta. Kehilangan nyawa, sementara orang yang menjadi penyebab kematian kita baik-baik saja. Okelah pada awalnya ia akan merasa bersalah, namun setelah itu hidupnya akan normal kembali seiring dengan berjalannya waktu. Yaitu ketika ia menjalani kehidupannya bersama orang-orang yang ia cintai.<br /><br />Jadi, daripada pusing memikirkan orang yang belum tentu memikirkan kita lebih baik mengisi waktu dengan melakukan aktivitas yang berguna. Pasti deh ada hikmah dari setiap kejadian tidak mengenakkan yang dialami. Klise memang. Sebenarnya pelajaran hidup itu ada dimana-mana. Tidak harus mengalami peristiwa tragis dulu baru bisa mendapatkan pelajaran berharga. Hal-hal kecil pun bisa memberi hikmah. Tergantung seberapa peka kita melihatnya.Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-25768349114685352012009-07-17T16:54:00.000-07:002010-01-19T02:28:03.804-08:00Kalau Orang Buta BermimpiTulisanku ini kutemukan dalam blog yang coba-coba kubuat di situs pertemanan Friendster. Kutulis 1 atau 2 tahun lalu, sudah lupa juga. Sejak saya berpaling ke Facebook, akun di Friendster jadi terabaikan. Kisah ini saya dengar di sebuah radio.<br /><a name='more'></a><br />Dua orang penyandang tuna netra sedang ngobrol. Yang satu, seorang pemuda buta beberapa tahun lalu (umurnya sudah lebih seperempat abad). Yang satunya lagi, gadis belia yang umurnya baru setengah dari umur si pemuda. Dia buta sejak lahir. Mereka sedang asyik ledek-ledekan. Si gadis meledek di pemuda karena tidak bisa lari dengan lincah seperti dirinya. Karena ternyata selain buta, pemuda ini polio sehingga harus memakai tongkat. Tak mau kalah si pemuda balas meledek, ”Emang kamu kalau mimpi ada gambarnya?”. Si gadis menjawab, “Ngga”. Dengan lugunya dia bertanya lagi, “Emang kakak kalau mimpi ada gambarnya?”.<br /><br />Ini cerita nyata yang diceritakan langsung oleh pemuda tadi. Mendengar kisah ini saya jadi berpikir, kalau tidak ada gambarnya terus di dalam mimpinya apa yang ada? Berarti hanya suara-suara layaknya di kehidupan sehari-harinya dong. Ini cuma cerita sederhana yang kebetulan menyentuh perasaanku. Kita sebagai manusia yang Subhanallah dikaruniai fisik sempurna mungkin tidak pernah menyempatkan memikirkan hal-hal sederhana seperti ini. Paling tidak, orang yang tidak sempat itu adalah saya. Betapa sesuatu yang sudah kita miliki tapi tanpa sadar bagi orang lain sangat berarti walaupun tidak pernah bisa mereka miliki. <br /><br />“Tidak semua yang kita sukai bisa kita miliki, maka sukailah apa yang sudah kita miliki”Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-67028138917988756592009-07-14T17:45:00.000-07:002010-01-19T02:27:53.349-08:00Orang MiskinSewaktu masih bekerja di OK Sentral Obgyn RSUD Labuang Baji, mamaku sering bercerita tentang kesehariannya bekerja di kamar operasi kandungan itu. Kebetulan rumah sakit ini melayani pasien yang masuk Jaringan Pengaman Sosial (JPS). Oleh karena itu pasiennya kebanyakan adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah yang berasal dari kota Makassar atau kabupaten di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan sendiri masih banyak ditemui orang-orang dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang pas-pasan atau bahkan tidak bisa sama sekali.<br /><a name='more'></a><br />Salah satu yang diceritakan mamaku adalah tentang seorang pasien dari sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan. Biasalah para perawat, bidan, dokter, dan co-ast yang bertugas di kamar operasi bertanya ke pasien entah itu untuk menanyakan keadaan si pasien ketika baru tersadar dari pengaruh obat bius setelah operasi atau hanya sekedar untuk mengenal si pasien. Salah seorang bidan yang adalah teman mamaku bertanya kepada seorang ibu yang akan dioperasi. Teman mamaku ini bertanya,” Ibu, orang apa ki’ ?” yang berarti “ Ibu orang mana ?”. Si ibu dengan polosnya menjawab,” Saya orang miskin, Nak”. Beberapa bidan dan perawat termasuk teman mamaku yang bertanya itu tersenyum. <br /><br />Tersenyum memang wajar sebagai reaksi spontan. Saya juga sewaktu diceritakan ini tersenyum (atau tertawa ya ? Lupa). Itu reaksi orang dalam waktu singkat sesaat setelah mendengar cerita itu. Tanpa memerlukan kerja otak yang lebih banyak untuk menganalisa. Nah bagaimana jika otakku sudah bekerja lebih “serius” ? Saya merasa prihatin. Mengapa si ibu sampai menjawab seperti itu ? Apa karena kemampuan berbahasa Indonesia yang pas-pasan sehingga ia tidak paham betul maksud dari pertanyaan itu ? Atau karena begitu merasa rendah dirinya ? Menurutku karena kedua-duanya. Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi yang rendah membuatnya mempunyai cara pandang yang begitu sempit terhadap diri sendiri. <br /><br />Kita memang terkadang terlalu ingin berendah hati sehingga tanpa sadar malah merendahkan diri sendiri. Saya sendiri adalah orang yang rasa percaya dirinya tidak berada pada tingkat yang cukup baik. Kadang-kadang merasa diri tidak punya kelebihan yang bisa dibanggakan. Tapi cuma kadang-kadang lho ya… Sesekali saya juga cukup bisa mengukur diri. Dalam hal tertentu saya yakin bahwa saya punya kemampuan yang bagus. Sepertinya banyak juga yang seperti saya, betul tidak ?Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-10936047317719615172009-07-14T17:39:00.000-07:002010-01-19T02:27:48.411-08:00Pemadam KebakaranTadi saya menerima telepon dari seorang sepupu di Ternate. Dia mengabarkan bahwa rumahnya habis terbakar bersama hampir 300 rumah lainnya. Hampir satu RT lah. “Innalillahi wa innailaihi raajiuun” ucapku. Itulah kuasa Tuhan, tak satupun dari kita bisa menolaknya. Syukurlah kakak sepupuku beserta keluarga baik-baik saja. Katanya, penyebab kebakaran adalah lilin yang nyala apinya menyambar kain gorden salah satu tetangga mereka. <br /><a name='more'></a><br />Saya jadi tertarik menulis tentang profesi pemadam kebakaran. Sebelumnya saya hampir tidak pernah menaruh perhatian pada profesi ini. Mungkin karena di kehidupan sehari-hari saya jarang “bersentuhan” dengan para pemadam kebakaran. Tidak punya kenalan yang bermata pencaharian sebagai pemusnah api ini. Hingga tadi setelah menerima telepon dari sepupuku itu, iseng saya menyalakan televisi. Kebetulan acaranya berita liputan tentang bagaimana keseharian para pemadam kebakaran jika tidak sedang ada pekerjaan memadamkan api. Mereka harus standby 24 jam menunggu panggilan kebakaran. Tentu saja dengan sistem shift. Mereka tidak boleh menjauh lebih dari 10 meter dari tombol daya 65 (kalau tidak salah namanya itu). Tadi diperlihatkan, tombol itu dipencet ketika mereka akan berangkat saat ada panggilan kebakaran. Tepat sebelum meluncur dari tiang besi entah apa namanya, seperti di film-film.<br /><br />Aktivitas mereka selama menunggu panggilan darurat adalah menonton televisi, main catur, atau sekedar duduk santai. Kelihatannya begitu menjemukan. Mengingat mereka tidak boleh menjauh lebih dari 10 meter. Saya jadi berpikir, bagaimana kalau mereka dilengkapi dengan fasilitas komputer untuk mengakses internet ? Alangkah menyenangkannya. Mereka kan bisa browsing, chatting, ketemu teman lama di Facebook, atau mungkin blogging ? Lucu juga membayangkannya. Mereka kan punya banyak pengalaman selama menggeluti pekerjaan ini. Bukan kah kisah-kisah mereka itu bisa menjadi cerita yang menarik untuk ditulis dalam blog ?<br /><br />Saya jadi sadar pekerjaan ini berat juga. Menantang maut kalau boleh saya bilang. Motto mereka JANGAN PULANG SEBELUM API PADAM. Terkadang saya mendengar orang-orang menyalahkan petugas pemadam kebakaran yang katanya terlambat datang di lokasi kebakaran. Mudah-mudahan saya tidak pernah termasuk yang menyalahkan itu. Padahal begitu ada panggilan darurat, petugas yang sedari berjam-jam sebelumnya terus standby langsung bergerak ke lokasi kejadian. Mengapa sampai terlambat ? Mungkin saja lokasi yang jauh. Saya membayangkan mobil pemadam kebakaran yang panjang itu harus melewati jalan raya yang padat. Meskipun sirine sudah dibunyikan, tetap saja laju mobil tidak bisa secepat Ferrari. Belum lagi jika rumah atau bangunan yang terbakar berada di dalam gang yang sempit dan padat penduduk. Mereka harus memutar otak bagaimana mencari jalan untuk mencapai titik kebakaran itu sedekat mungkin. Apalagi kalau mereka harus melewati kerumunan orang-orang yang panik atau hanya sekedar datang menonton kebakaran. Ternyata orang-orang ini bisa menjadi faktor pelambat juga. Masalah lain yang paling sering menjadi kendala menurut mereka adalah kesulitan mencari sumber air.<br /><br />Tapi kok sepertinya pemadam kebakaran bukan termasuk profesi yang “bergengsi” di mata masyarakat kita ? Mudah-mudahan saya salah. Kalau melihat di film-film, di Amerika para pemadam kebakaran cukup dihormati dan dihargai. Jika ada petugas yang meninggal ketika sedang bertugas, yang bersangkutan diberi penghargaan oleh pemerintah daerah atau kota setempat. Mereka dianggap pahlawan. Kalau di Indonesia bagaimana ya ? Saya belum pernah melihat di televisi dan media lainnya. Kalau pun ada, berarti tidak terlalu menjadi pemberitaan. Gaungnya kalah dari berita perceraian artis-artis :). <br />Keep on fighting bapak-bapak !!Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-88448757405007188872009-07-13T16:26:00.000-07:002010-01-19T02:27:37.529-08:00Mengajar Anak-anakSehabis membaca SPIRIT tabloid terbitan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) Depdiknas, saya jadi rindu mengajar anak-anak lagi. Melihat ekspresi anak-anak kampung di sampul tabloid ini jadi ingin mengajar mereka. Tahun 2007 saya pernah menjadi guru les privat dua anak. Satu anak kelas 2 SMP dan yang seorang lagi kelas 2 SD. Kedua muridku ini memang bukan anak kampung seperti di tabloid. Mereka anak orang mampu, sehingga punya kesempatan untuk didatangkan guru privat ke rumah mereka. Padahal kalau dipikir, tempat mereka memperoleh pendidikan formal adalah sekolah mahal dan kualitasnya sudah sangat dikenal di kotaku. Tanpa les pun nilai baik bisa diraih. Yah ini adalah tujuan kebanyakan orang tua menyewakan guru les untuk anaknya.<br /><a name='more'></a><br />Meskipun begitu, kedua muridku dan anak-anak kampung di tabloid itu tetap memiliki persamaan. Sama-sama anak-anak yang masih polos. Bagaimana pun direkayasa kedewasaannya, kepolosan tidak dapat dihilangkan dari mereka. Salah satu yang membuat kangen mengajar anak-anak adalah melihat ekspresi wajah mereka. Bagaimana senangnya ketika mereka berhasil memecahkan jawaban sebuah soal. Bagaimana bangganya mereka melihat keterkejutanku yang seolah-olah tidak menyangka bahwa mereka akan bisa menjawab soal itu. Bagaimana mimik serius mereka saat mengerjakan soal.<br /><br />Belum lagi tantangan kita sebagai pengajar pribadi bagi anak-anak orang kaya ini adalah saat bad mood datang. Apalagi tempat belajarnya di rumah mereka sendiri. Mereka adalah raja di situ. Mau berbuat apapun sah-sah saja. Pintar-pintar si gurunya saja. Pengalamanku, untuk anak yang kelas 2 SD ini metode bermain sangat tepat. Saat si anak sudah mulai kelihatan bosan, dikasih permainan yang tetap ada materi pelajaran di dalamnya. Waktu itu, muridku ini kuberi Teka-teki Silang (TTS). Kebetulan dia sangat suka permainan ini. Dengan mengisi TTS, saya tetap bisa mengajarinya membaca dan menulis. Untuk muridku yang sudah mulai memasuki usia ABG, mungkin sedikit lebih mudah untuk mengajaknya bekerja sama. Saat kebosanan mulai melanda, saya biarkan dia untuk santai sejenak. Mungkin dengan mendengarkan curhatannya tentang teman-teman, guru yang menyebalkan di sekolah, gebetan, artis remaja idolanya, atau tentang kejadian heboh yang baru saja terjadi di sekolah.<br />Kalau masalah menjadi pendengar yang baik, juga berlaku untuk muridku yang masih SD itu. Anak laki-laki ini juga senang sekali bercerita tentang apa saja. Saya senang melihat kelucuannya. Mata sipit, badan gendut dengan perut membulat. Badan gemuknya ini sampai membuatnya terengah-engah jika berjalan. Dia senang bercerita tentang teman-teman dan adik perempuannya.<br /><br />Kalau diberi kesempatan untuk mengajar anak-anak lagi saya mau. Padahal saya ini termasuk orang yang tidak pandai “bergaul” dengan anak kecil. Naluri keibuannya sangat minim :).Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4789498812822827888.post-7427159007381732712009-07-10T19:15:00.000-07:002010-01-19T02:27:26.751-08:00Nenek Pengumpul Sampah Plastik dan IbuAda seorang nenek yang tiap subuh lewat di depan rumahku. Selepas waktu shalat subuh, nenek yang sudah bungkuk itu pasti lewat dengan menenteng kantong plastik besar warna hijau. Kantong itu berisi gelas-gelas bekas air mineral, mungkin juga botol-botol plastik. Tapi biasanya hanya berisi gelas-gelas bekas. Kadang nenek itu berjalan sendiri, kadang bersama seorang nenek lain. Tapi paling sering dia jalan sendiri. Entah dari mana hingga ke mana dia berjalan. Kami sekeluarga sudah hapal betul dengan nenek itu. Hingga suatu saat keluargaku akhirnya bisa “berkenalan” dengannya. Awalnya mamaku yang menegurnya. Mama mulai bertanya dimana rumahnya, dia berjalan hingga ke mana, berapa anaknya, mengapa hingga setua itu masih saja bekerja sekeras itu. <br /><a name='more'></a> <br />Dan sejak itu, kami selalu memberikan sekantong gelas-gelas air mineral jika kebetulan di rumah habis ada acara. Paling sering ya kalau kemarinnya ada arisan di rumah. Hingga suatu saat salah seorang kakak iparku yang paling kalem, lembut, dan pendiam sampai harus mengejar-ngejar sang nenek hanya untuk memberikan sekantong sampah plastik itu. Waktu itu mamaku memang sudah niat akan memberikannya ke si nenek. Namun ternyata dia sudah lewat jauh dan mamaku tidak melihatnya lewat. Karena niat yang sudah bulat :) maka kakak iparku itulah yang mengejarnya. Lucu juga melihatnya.<br /><br />Melihat orang lain yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita, selalu membuatku merasa bersyukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmatNya kepadaku dan keluargaku. Yah kami memang bukan keluarga kaya, punya rumah besar dan indah, mobil bagus, dan harta lain yang selalu diidentikkan dengan ukuran kekayaan seseorang. Tetapi bagiku, kami sudah masuk kategori sejahtera. Bisa makan layak sehari-hari, punya sumber penghasilan tetap, dan tentu saja tidak sampai harus mengemis atau mengutang kanan kiri hanya untuk membeli beras. Kami tidak harus berjalan kaki berkilo-kilo seperti nenek tadi. Ya Allah bukan ingin takabur, sekali lagi saya hanya ingin mensyukuri apa yang sudah kami miliki.<br /><br />Melihat nenek itu mengingatkanku pada figur seorang ibu. Ibuku yang beberapa tahun lagi jika berumur panjang juga akan setua itu. Sedih jika ibu kita sendiri harus bernasib seperti itu. Kemana anak-anak yang dulu susah payah diasuhnya ? Ya Allah jangan sampai hamba menjadi anak yang menelantarkan orang tuaku. Namun begitulah sifat seorang ibu yang tulus. Walaupun anaknya sudah mapan, mandiri, dewasa, dan seharusnya berganti peran membahagiakan dan melayani orang tua, namun ibu tetap saja tidak mau merepotkan anak-anaknya. Padahal bukan hal yang buruk jika seorang ibu ingin dilayani dan dirawat oleh anak-anaknya. Ibuku pun kadang seperti itu. Bukannya mau merepotkan anak-anaknya malah mau berepot-repot untuk anaknya, hingga kami sebesar ini. Ah membicarakan tentang ibu memang tidak akan pernah ada habisnya. Lihatlah betapa bangganya kita memiliki ibu kita masing-masing. Satu hal yang mungkin sering terlupakan, bagaimana ibu berdoa untuk kita. Ibu tidak pernah membeberkan apa-apa saja isi doanya untuk kita. Tapi kuyakin itu adalah pintanya kepada Allah agar kita diberi kebahagiaan selalu.<br /><br />Saya teringat ucapan seorang teman kerja mamaku di OK Obgyn RSUD Labuang Baji, “Hana, mamamu itu hebat. Doa-doanya makbul, selalu dikabulkan Allah”. Saya cuma tersenyum. I love you, Mom…Hana Mugiasihhttp://www.blogger.com/profile/03725478499475509341noreply@blogger.com0