Rabu, 29 Juli 2009

Award Pertama-ku

0 komentar

Sebenarnya saya belum terlalu mengerti dengan Penganugerahan Award di kalangan para blogger ini. Sebelumnya sudah sering melihat di blog teman-teman. Saya pikir penerima award ini adalah mereka yang sudah "profesional" baik dari segi design blog maupun isi tulisannya yang berbobot. Makanya cukup mengejutkan ketika membaca komentar salah satu teman yang berkunjung di blogku. Oleh Akhi Rido Wahyudi saya juga diberi award. Begitu membaca instruksinya, sedikit membingungkan bagiku yang sangat awam ini. Karena waktuku yang tidak banyak untuk mengutak-atik blog, instruksi ini kuabaikan dulu. Namun keesokan harinya, saat membuka akun blog akhirnya saya terdorong juga untuk meluangkan waktu sedikit untuk mencoba menjalankan langka-langkah supaya bisa dapat award. Biar tidak semakin membuatku bingung, ku copy-paste saja. Seperti teman-teman lain :)

Selasa, 28 Juli 2009

Sebuah Tugas Baru

0 komentar
Hari ini saya berhasil menyelesaikan sebuah tugas baru. Sebuah tanggung jawab baru. Jika biasanya saya hanya bekerja di belakang meja berkutat dengan data-data guru, kali ini saya harus berdiri di depan guru-guru SMP dan SMA. Sebuah tugas yang mungkin bagi pegawai lain hanya sebuah tugas kecil. Saya dan seorang teman diserahi tanggung jawab membawakan materi “ICT dan kaitannya dengan imtaq”. Bagiku ini besar karena ini pengalaman pertamaku sebagai pengajar di pendidikan dan pelatihan yang diadakan di kantorku. Sebenarnya masalah ajar-mengajar adalah bagian para pejabat fungsional yang disebut dengan Widya Iswara (WI). Tetapi karena di lembaga tempatku bekerja ini yaitu LPMP Sulawesi Utara, hanya memiliki satu tenaga WI IT (itupun beliau sedang menyelesaikan pendidikan S3) maka khusus materi ini dipercayakan ke para staf seksi Program dan Sistem Informasi (PSI) dimana saya bertugas.

Antara Bapak dan Facebook

1 komentar
Kemarin saya menerima pesan singkat dari nomor telepon seluler bapak. Isi pesan itu adalah informasi bahwa bapak dan mama (begitu saya dan saudara-saudara saya biasa memanggil orang tua kami) sedang berada di Raha tepatnya di rumah salah satu adik mama. Raha adalah sebuah ibukota kabupaten di Sulawesi Tenggara yang merupakan kota kelahiran mama. Sehari sebelumnya mereka masih berada di Bau-bau untuk menghadiri pesta pernikahan seorang kerabat.

Jumat, 17 Juli 2009

Akhirnya Saya Bisa !

5 komentar
Setiap melewati rumah itu ada sedikit ketakutan yang kurasakan. Mungkin inilah yang disebut dengan Paranoid, takut akan sesuatu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan rumah itu. Tidak ada desas-desus yang mengatakan kalau rumah itu berhantu. Tahu tidak kenapa ? Di rumah itu ada anjing peliharaan yang pernah menggonggongku. Sejak saat itu saya selalu was-was setiap melintas di depan rumah itu. Apalagi kalau pagar besinya terbuka. Saya membayangkan si anjing tiba-tiba keluar dan langsung menggigitku. Begitulah sifatku dan juga mungkin sebagian orang. Selalu membayangkan hal buruk yang belum tentu akan menimpa kita. Padahal tidak baik ya seperti itu.

Too Much Love Will Kill You

2 komentar
Too Much Love Will Kill You, judul lagu dari Queen. Lagu yang populer di tahun 1990-an. Itu menurut seorang teman kantor yang 5 tahun lebih tua dariku. Beberapa lagu Queen cukup akrab di telingaku, kecuali lagu ini. Saya baru mendengar hingga kemudian tahu bahwa ini milik Queen, ketika kasus pembunuhan Nasruddin dengan tersangka Antasari Azhar heboh menjadi pemberitaan di mana-mana. Lagu ini dijadikan soundtrack oleh Metro TV setiap kali berita ini yang ditayangkan.

Kalau Orang Buta Bermimpi

1 komentar
Tulisanku ini kutemukan dalam blog yang coba-coba kubuat di situs pertemanan Friendster. Kutulis 1 atau 2 tahun lalu, sudah lupa juga. Sejak saya berpaling ke Facebook, akun di Friendster jadi terabaikan. Kisah ini saya dengar di sebuah radio.

Selasa, 14 Juli 2009

Orang Miskin

0 komentar
Sewaktu masih bekerja di OK Sentral Obgyn RSUD Labuang Baji, mamaku sering bercerita tentang kesehariannya bekerja di kamar operasi kandungan itu. Kebetulan rumah sakit ini melayani pasien yang masuk Jaringan Pengaman Sosial (JPS). Oleh karena itu pasiennya kebanyakan adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah yang berasal dari kota Makassar atau kabupaten di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan sendiri masih banyak ditemui orang-orang dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang pas-pasan atau bahkan tidak bisa sama sekali.

Pemadam Kebakaran

4 komentar
Tadi saya menerima telepon dari seorang sepupu di Ternate. Dia mengabarkan bahwa rumahnya habis terbakar bersama hampir 300 rumah lainnya. Hampir satu RT lah. “Innalillahi wa innailaihi raajiuun” ucapku. Itulah kuasa Tuhan, tak satupun dari kita bisa menolaknya. Syukurlah kakak sepupuku beserta keluarga baik-baik saja. Katanya, penyebab kebakaran adalah lilin yang nyala apinya menyambar kain gorden salah satu tetangga mereka.

Senin, 13 Juli 2009

Mengajar Anak-anak

4 komentar
Sehabis membaca SPIRIT tabloid terbitan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) Depdiknas, saya jadi rindu mengajar anak-anak lagi. Melihat ekspresi anak-anak kampung di sampul tabloid ini jadi ingin mengajar mereka. Tahun 2007 saya pernah menjadi guru les privat dua anak. Satu anak kelas 2 SMP dan yang seorang lagi kelas 2 SD. Kedua muridku ini memang bukan anak kampung seperti di tabloid. Mereka anak orang mampu, sehingga punya kesempatan untuk didatangkan guru privat ke rumah mereka. Padahal kalau dipikir, tempat mereka memperoleh pendidikan formal adalah sekolah mahal dan kualitasnya sudah sangat dikenal di kotaku. Tanpa les pun nilai baik bisa diraih. Yah ini adalah tujuan kebanyakan orang tua menyewakan guru les untuk anaknya.

Jumat, 10 Juli 2009

Nenek Pengumpul Sampah Plastik dan Ibu

0 komentar
Ada seorang nenek yang tiap subuh lewat di depan rumahku. Selepas waktu shalat subuh, nenek yang sudah bungkuk itu pasti lewat dengan menenteng kantong plastik besar warna hijau. Kantong itu berisi gelas-gelas bekas air mineral, mungkin juga botol-botol plastik. Tapi biasanya hanya berisi gelas-gelas bekas. Kadang nenek itu berjalan sendiri, kadang bersama seorang nenek lain. Tapi paling sering dia jalan sendiri. Entah dari mana hingga ke mana dia berjalan. Kami sekeluarga sudah hapal betul dengan nenek itu. Hingga suatu saat keluargaku akhirnya bisa “berkenalan” dengannya. Awalnya mamaku yang menegurnya. Mama mulai bertanya dimana rumahnya, dia berjalan hingga ke mana, berapa anaknya, mengapa hingga setua itu masih saja bekerja sekeras itu.